Wanna search something?

Sunday, February 12, 2017

Pengalaman Bikin SIM C

        Sebenarnya dari kemarin mikir-mikir pengen nge-post ceritaku bikin SIM apa enggak. Tapi di tengah liburan semester perdanaku yang ternyata super gabut, bisanya cuma nonton drama apa scrolling-scrolling di internet nggak jelas, oke saya mencoba produktif, bung.
        Dan oke itu ternyata aku cuma nulis beberapa doang yang pas liburan, cuma parkir di draft. Sisanya baru bisa dilanjutkan beberapa hari ini dan itu menunjukkan betapa gabut dan magernya liburan saya HAHA

        Kuylah sok baca cerita ane waktu bikin SIM C yang super guoblok.

        Akhir September 2016, pihak kepolisian DIY (eh atau seluruh Indonesia?) baru mengadakan operasi Zebra. Nggak tau juga kenapa zebra padahal yang dirazia motor sama pengendaranya kan ya. Praktis, aku, seorang mahasiswa semester pertama, usia 18 tahun, beralamat di mBantul, berkampus di salah satu PTN di Sleman, pasti bakal menjadi korban dari operasi ini. Oke gampang e aku bakal keno cegatan. Maka, awal-awal September aku sudah mulai mempersiapkan untuk mencari SIM, sekitar 2 minggu sebelum operasi tersebut dimulai. Sudah cerita lama kan ya kalau cari SIM pada pake jalur belakang a.k.a sim massal a.k.a titip a.k.a nyogok. Nah, Bapak menyuruhku itu, mbayar aja gitu, dan menakut-nakuti kalo tesnya itu susah. Aku sih sebenarnya biasa aja, nggak terlalu ngebet minta jalur belakang, tapi kan yang mau Bapak yah, mau bayarin pula, yaudah deh. Sebelumnya, Bapak sudah survey ke TKP yaitu ke Polres Bantul, tanya-tanya, dan well sekarang praktik seperti itu sudah tidak ada *katanya. Saat itu memang sedang gencar-gencarnya SABER PUNGLI dari Bapak Presiden Jokowi. "Sakniki akeh sing ngawasi, Pak", begitu kata salah satu pak polisi yang biasa menerima hal seperti itu. Eh tapi ternyata ya, masih ada jalan lain sis. Bapak disuruh datang ke semacam lembaga pelatihan gitu, katanya disitu masih bisa bayar (?).
        Ya udah aku bolos kuliah hari Kamis buat ambil formulir di loket, bayar 100rb (normal) terus aku sama Bapak cus ke LPK-nya itu. Nirfaedah ya sebenarnya saya bolos kuliah, orang cuma mau ambil form aja Bapak juga bisa hahaha. Tapi emang antrenya lama sih. Udah kan ke LPK-nya itu, kami disuruh bayar 100rb dan dikasih tau besok Sabtu ada bimbingan SIM. Oh, ada ya bimbingan SIM? Wkwkwk. Oke kemudian saya pulang dan ternyata sudah jam 11 siang dan laporan praktikum saya belum jadi dan saya harus inhal praktikum dan berarti saya harus bayar 50rb untuk ikut praktikum minggu depan bzzzzz. Agak sebel juga waktu ini.
        Hari Sabtu aku kesana lagi ke LPK-nya. YaAllah ternyata ruameee kali mak. Pesertanya aku kira lokal kecamatan Bantul aja, ternyata ada yang dari jauh pojok-pojok sana hahaha. Disana suruh bayar lagi 235rb atau 325rb ya? Lupa. Terus para peserta disuruh menuju tempat pelatihan di balai desa Ringinharjo. Kami mengikuti pelatihan sekitar 2 jam berisi materi-materi ke-lalulintas-an. Lumayan lah nambah-nambah pengetahuan haha. Intinya bapak-bapak LP-nya itu bilang kalau sekarang massal udah nggak kayak dulu, sekarang harus prosedural dan iku tes. Minimal kami harus lolos tes tertulis. Kami juga dapat sertifikat bimbingan yang nanti dilampirkan di form pendaftaran SIM (lhayo kui sing dibutuhke ki, Al - kata Bapak) dan jadwal kapan we have to take the test. Aku dapat hari Rabu yang berarti aku bolos matkul Fisika dan Math hiks.
        Hari Rabu kan ya. Dan aku baru tau ternyata praktikum Aver yang biasanya hari Rabu tapi ini kan acaranya dah habis biasanya persamaan persepsi itu minggu depan, persamaan persepsi itu dilaksanakan hari Rabu ini. Sialan. Duh gimana ini. Waktu aku ijin ke mbak-mbak Koor Asisten nggak diijinin:( Haduh:( Udah pokoknya saat itu pasrah semoga bisa cepet karena jam 1 aku harus segera ke kampus.
       Pertama aku menuju ke loket 1 menyerahkan berkas, kemudian dapat nomor, dan aku menunggu antri foto. Fyi sekarang foto itu diawal bukan diakhir. Cepet itu, orang baru 2 orang aku sama ibu-ibu hehe. Setelah selesai foto (yang pasti hasil finalnya ndembik, bro), aku antri untuk test tertulis. Lumayan ruame itu antrinya. Aku dengan sok-sokan sambil baca buku hehehe. Setelah menunggu berapa menit ya, nggak lama banget sih, aku dipanggil masuk ruang tes. Di dalem ada 2 bapak polisi dan berjejer-jejer komputer. Well, aku notice salah satu pak polisi di depan komputer itu adalah tetangga desa dan memang cukup tampan tapi sudah beristri waqaqa. Aku sempat buka hp untuk membaca materi yang kemarin sempat ku tulis, eh ketauan pak polisinya, aku dimarahin, katanya jangan nyalain hape ganggu servernya gitu. Padahal hapeku sendiri ku flight mode, ya nggak ada pengaruhnya lah hih zbl kzl. Btw pas dilihat-lihat, banyak juga yang gagal hahaha ketawa aku memang. Waktu tes, well emang ada beberapa soal yang ku nggak bisa dan menurut ku aneh, but i've passed the test with 25/30 hahaha mplok kuwi pak wangun to aku. Soalnya bapak polisi yang mondar-mandir ini suka galak sama peserta, tapi kebanyakan emang persertanya juga yang nggak dong bzzzzz-.- Karena aku lulus aku dipersilahkan lanjut untuk uji praktek. Aku diberi kertas kupon kecil dari pak polisi tetangga yang ganteng tadi hehehe. Dan aku keluar dengan agak sombongnya seperti itu yha HAHAHAHA.
        Dengan semangat aku menuju lokasi uji praktek, nggak jauh dari Polres. Dulu kan uji-nya cuma di depan Polres tapi sekarang sudah dipindah di terminal Palbapang. Kupon kecil tadi aku taruh di dashboard depan motor. Aku melaju ke sana. Sampai sana aku datang dengan mengendap-endap. Maklum kan ane nggak tau apa-apa. Terus aku nyari kupon kecil tadi. Kampret. Ilang. Waduh. Kemudian aku bertanya pada pak polisi terdekat bagaimana kalo kupon tadi hilang dan well, aku disuruh balik ke Polres:( Huft syedih. Tadi dah songong-songong pergi eh skarang balik lagi:(( Baliklah aku ke Polres ke ruang ujian tertulis tadi. Untung pak polisi tetangga itu memang baik yah, nggak dimarahin saya waqaqa. Udah saya pun cus kembali ke tempat uji praktek.
        Di tempat uji praktek aku pun mendaftarkan diri dan menunggu kloter pertama selesai. Pake rompi kuning yang super apek itu dan kami berbaris mendengarkan penjelasan pak polisi. Sumpah pak polisinya  mahir kali prakteknya, iyalah tiap hari dia kaya gitu. Ada 4 macam tes kan, jalan lurus, zigzag, angka 8 dan huruf U. Dari awal tes, sudah cukup banyak peserta berguguran, apalagi di angka 8. Aku sendiri tidak yakin tapi ternyata wowwww aku melaluinya dengan mudah, im sure it's not as hard as the gossip bzzz. Saat itu peserta tinggal 10 orang, hanya ada 2 wanita. Tiba giliran huruf U, dan seperti yang diprekdisikan, saya gagal:( Syedih:( Peserta yang gagal hanya aku dan seorang om-om. Yah, gagal lah daku dapat sim hari itu. Tapi Alhamdulillah sih, kalau dapat nanti antri ambilnya lama nanti aku harus ijin praktikum kan repot yha. Hah, at least, hari ini aku sudah berjuang!
        Aku melanjutkan uji praktek SIM sekitar dua hari sesudah hari itu. Iya itu pokoknya hari Jumat dan aku buru-buru dari Bulaksumur ke mBantul jam 9 keluar kelas, takut kalo ketinggalan since its friday guys. Alhamdulillah sampe sana sesi 1 belum selesai dan well ku mendaftar dan menunggu terlebih dahulu. Sambil mengamat-amati, terutama di huruf U. Gila-gila lumayan banyak itu yang lolos di huruf U hft. Saat sesi 2 dimulai, aku sempat mengobrol dengan mbak-mbak. Dia bilang katanya akhirnya lulus uji teori gitu wkwkw dan dia hari ini praktek sama temennya yang di sesi 1 tadi sudah gugur. Udah kan mulai tes, yah well sama aja, aku gagal di U:":":" Parahnya si mbak-mbak tadi malah gagal duluan di angka 8 waqaqaq=)) Yaudah kan karena kita kloter terakhir dan kita cewek, akhirnya kita latian bareng ber 4. Pokoknya kita coba tuh seluruh medan sampe bisa. Tuker-tukeran motor juga. Bapak-bapak polisinya juga masih ada disitu dan ngeliat kita latian, kita malah diajari. "Kalian itu pelajar toh Mbak, mbok sambil dihitung berapa sudutnya biar jangkauan beloknya itu lebih lebar, kaya gini loh.", laaah bapaknya malah kuliah umum wqwqwq=)) I've got the trick dari bapak-bapaknya, kalo bisa kita harus semepet mungkin lurusnya jadi waktu belok kanan itu lebar. Plus juga waktu belok itu agak digas tapi pelan-pelan. Yah well, i think i can beat it next! Wqwq
        Uji praktek SIM kesempatan terakhir (cuma ada kesempatan tiga kali yekan) aku lakukan seminggu selanjutnya lagi. Loh kenapa nggak secepatnya? Oke karena saat itu minggu-minggu terakhir kuliah so its simply because i dont want to skip those classes. Hari itu udah minggu tenang dan kayaknya operasi Zebra udah selesai:"""" Well, aku emang nggak terjaring operasi HAHAHAH IM NOT ZEBRA IM SPARTAN=)))) Aku datang di sesi berapa ya, lupa, kayaknya aku dapet sesi 2 lagi soalnya telat datengnya. Karena merasa sudah fully-experienced, aku santai-santai aja. Dan eeeeh ketemu mbak-mbaknya itu lagi. "Hehe, aku wis entuk SIM wingi, Mbak. Tapi kancaku kae galo praktek meneh.", begitu katanya. Yaelah dia udah lulus aja, tapi temennya belum dan akhirnya lulus sih itu huft kuharus menyusulnya. Jujur waktu ngeliat yang pada tes, aku jadi parno jangan-jangan nanti aku di angka 8 aja dah gagal:( Abisnya ini kesempatan terakhir and i dont want to fail again and again bzzz. Akhirnya giliranku pun tiba, dan aku agak deg-degan. Apalagi yang waktu angka 8 sebelumku, dia cuma gagal waktu mau balik nyrempet satu batu itu dan gagal. Oke, dengan santai aku melewati angka 8 itu dan yipiiieeeee i passed it again! Selanjutnya inilah the real war. Geblek juga sih aku, latiannya kan udah semingguan yang lalu:":" Semoga masih ingat huft. Priiiiiiiit, bunyi peluit oleh pak polisi dan aku bersiap. Syeeeeeetttttt. Tipis. Dan aku BERHASIL HAHAHAHAHA! ALKHAMDULILLAH YA ALLAAAAAAAAH.
        Aku jadi senyum-senyum sendiri waktu berhasil lulus HAHA. Ya bodo amat si, ku kan sudah berjuang keras:'D Selanjutnya motor-motor yang lolos disuruh berjejer. Ada sekitar 5 motor dan seperti biasa aku cewek sendiri. Uji praktek kedua ini adalah uji motornya. Waktu bapak polisinya ngecek motorku, lah nggak suruh ngapa-ngapain dan bilang "Wah wes, motor anyar iki.", begitu kata si bapak. Eh padahal aku cuma pake motor Beat-nya ibuk yang keluaran 2013. Yaudah deh Alhamdulillah aza yekan. Aku akhirnya diberi kupon awal kemarin dan bapaknya bilang, "Wah selamat ya udah lolos 3 kali perjuangan.", HWEHEHEHE MAKASIH BAPAKKKKKK WQWQWQ. Setelah mendapatkan surat pengantar ambil SIM, aku cusss melaju ke Polres untuk ambil SIM. Aduh pokoknya aku seneng banget berasa baru menang lomba HAHA PADAHAL BELOM PERNAH IKUT LOMBA. Aku kemudian masuk ke loket 1 dan menyerahkan berkas itu tadi lalu duduk sambil menunggu. Cuma bisa celingak-celinguk aja, sampe-sampe aku ditawari pizza roti dari ibuk-ibuk sebelahku wahaha Alhamdulillah. Sudah sejam aku duduk, dan akhirnya aku dipanggil yeyyyy. 
        "Mbak Puspa ya? Bisa lihat KTPnya?", kata bapak di loket. Aku mengeluarkan KTPku yang Alhamdulillah tak bawa. Setelah mengecek, bapaknya bilang, "Duh mbak, kok berkasnya njenengan nggak ada ya. Bentar tunggu lagi ya, saya carikan dulu.", LEH???? ILANG???? Yaudah sih aku duduk lagi sambil ngeliatin bapak sepuh itu nyari berkasku di tumpukan kertas. Aku mulai deg-degan berkasku kemana, tapi cuek sih, kan aku juga punya bukti aku dah lulus HAHA TEGA. Sekitar setengah jam berlalu, aku melihat si pak polisi tetanggaku yang ganteng mirip Jingoo DOTS muncul. Aku dipanggil lagi dan ditanyain sama beliau. "Mbak kok bisa nggak ada ya, Mbaknya ikut SIM kolektif?", tanyanya. Leh aku bingung, perasaan aku kemarin cuma ikut lewat LPK deh, eh apa itu emang sama? Aku lalu menjawab, "Ohh, saya kemarin ikut yang LPK J******* itu pak...", dan seketika si bapak sepuh dan tetanggaku itu melengos. "Wealah, Mbak, pantes saya cari-cari kok nggak ada. Ya kali gitu berarti SIMnya njenengan sudah disana mbak. Di sana ambilnya...", kata si bapak sepuh. LAAAAAH??????? MANA SAYA TAU PAK??????? TRUS NGAPAIN SAYA TADI DUDUK DISINI LAMA-LAMA Y PAK Y. BZZZZZZZ. Tapi karena aku sedang senang hati dengan kelulusanku, aku menganggap itu bukan masalah waqaqa. Aku kemudian cus ke LPKnya itu.
        Sampai di LPK, aku bilang sama mbak-mbak resepsionisnya. "Mau ambil SIM, Mbak." dan aku memperlihatkan KTPku. Mbaknya kemudian mencarikan dan berkata, "Loh, Mbak, kok baru diambil sekarang e?" LAAAAAH????? EMANG UDAH JADI DARI KAPAN????? "Eh? Emang udah jadi dari kapan ya, Mbak? Saya kok nggak tau?" Aku syok. "Wah udah dari semingguan yang lalu, Mbak. Mbak nggak dapet SMS ya?" Hah kampret hapeku itu emang kadang nyala kadang enggak bzzzzz. Yaela. Ahela. Ternyatah. Aku kemudian bilang sama mbaknya kalo aku udah ikut tes sampe lulus dan mbaknya ketawa dan bilang, "Harusnya cukup ikut praktek sekali nggak papa itu, Mbak. SIMnya pasti jadi hehehe." ETDAH QAMPRED Y MBAQ. INI YANG GEBLEK SEBENERNYA SIAPA SIH. ZZZZZZZZZZ.

Moral story:
- Udah deh, sebenernya percaya aja sama diri sendiri. Kita tu pasti bisa, kalo sampe nggak bisa, itu namanya masih proses belajar. Every pro begin with zero. Ujian SIM itu tu gampang banget kalo kamu emang bener udah lama megang motor dan kalo di jalan nggak bandel nglanggar rambu-rambu.
- Kalo punya HP yang dijadikan CP ya dinyalain terus lah
- JADI ORANG JANGAN GEBLEK-GEBLEK AMAT. ITU DUIT BUAT BAYAR LPKNYA BISA BUAT BIKIN SIM 3 ORANG DENGAN JALUR YANG SEBENARNYA HHHHHHHH.


HIDUP KEPOLISIAN INDONESIA YANG BERSIH DAN JUJUR!

Tertanda,
Yang bikin SIM jalur sebenarnya pun lulus tapi masih aja ikut yang bayar,
Puspa.

Saturday, February 11, 2017

BERMAIN BARENG FOSKA (BBF) #1

        Cerita ini diawali oleh cuitan mbak Salma di group chat Agronesian#4 ngajak anak-anak liburan bareng, habis tahun baru itu kalo nggak salah. Agak ngenes sih awalnya, soalnya nggak ada yang ngrespon. Karena q kasihan, yaudah deh q respon dengan "Ya ayooooo mbakkk liburan bareng". Mungkin sebenernya pada mau jalan-jalan bareng tapi kan itu liburan ya pasti anak-anak pada pulkam lah-_- Aku berpikir itu hanya ajakan wacana di grup semata layaknya biasanya, eeeeeeh ternyata enggak. Esok paginya udah ada multichat baru yang isinya mbak Salma, mbak Fiesha, dan mbak Khum. Wew, sepertinya mbak Salma serius wkwk. Setelah bahas sana-sini, tercetuslah kita mau pergi ke peternakan Tapos yang katanya namanya udah ganti, aku juga nggak tahu apa. Rencananya, Senin tanggal 9 Januari mau cus, udah di blow up ke grup Foska juga, responnya lagi-lagi sedikit. Ha. Ha. Yaudah deh. Yakali cuma pergi berempat.

        Setelah mendekati tanggal masuk nih, masuk tanggal 30 bro, kita mulai bahas ini jalan-jalan lagi. Diundang pula mbak Anis yang notabene si berisik Foska ke multi chat. Kita pilih-pilih hari dulu dan diputuskan hari Rabu, 25 Januari. Tujuannya masih sama di peternakan itu, yang ternyata namanya PT. Kepurun Pawana Indonesia. Kita juga rencana sekalian ke wahana air sekitar Klaten gitu. Mbak Anis juga pengen ada game ebuset mbak ini jalan-jalan doang berasa mau ngevent apa-_- Mbak Fiesha nggak bisa ikut soalnya dia masih di Tuban hft-_- Udah kan bikin broadcast-an lagi dan mbak Salma nyantumin id line-ku jadi CP-nya-_- Oke nggak papa, mbak, anggap aja q panjat sosyel-__- Di share lagi di grup Foska, Agronesian, dan kelompok studi se-Agro. Responnnya yaaaah, lumayan. Awalnya sepi juga sih. Yang ngechat aku juga cuma beberapa. Ada yang yes beneran ada yang cuma fafifu aja, sayangnya kok nggak ada yang nyantol yah:( Aku sendiri pm semua anak-anak Agronesian#4 dan well kebanyakan mereka pada masih di kampung hft. Akhirnya nih, dengan banyak terpehape, peserta BBFnya jadi 13 orang aja. Iya, 13 biji doang.

        Pagi itu, Rabu, 25 Januari kita berkumpul di gerbang perikanan, oke mereka nyebutnya gerbang utara fakultas kehutanan tapi w lebih familiar ama gerbang perikanan secara w penduduk lokal deket situ #ininggakpenting. Waktu kumpulnya sih 06.30 di broadcast, tapi kata mbak Salma kita paling lambat berangkat jam 07.30. Yaudah deh jam 06.25 aku baru berangkat dari rumah heheheheh. Sampai sana sekitar jam 07.06 dan aku menyebutnya rekor. "Buat latihan besok kalo berangkat kuliah jam segitu berarti nggak telat, mbak heheheh.", alibiku pada mbak Anis dan mbak Salma saat melihatku baru datang. Oke, disana baru ada 6 orang termasuk aku. Setelah menunggu sana sini, berangkatlah kita menuju PT. KPI.

        Aku berboncengan dengan mbak Khum. Aku sendiri baru kenal hehe. Mbak Khum dari Forestry Study Club (FSC) angkatan 2015 anak Grobogan. Mbak Khum anaknya berisik kaya mba Anis, kaya aku juga sebenarnya hahah jadi di jalan lumayan banyak ngobrolnya. Ku kira perjalanan bakal jauh dan lama banget, eh ternyata enggak, cuma sejam:( Bayanganku kita itu mau ke Klaten cuyyy, antar propinsi gitu, taunya ini di perbatasan doang-_- Kita sampai di PT. KPI sekitar jam 9 kurang.

        PT. Kepurun Pawana Indonesia merupakan sebuah PT yang bergerak di bidang farm industries dan agro-tourism yang terletak di Desa Kepurun, Manisrenggo, Klaten, Jawa Tengah. PT. KPI ternyata adalah BUMS yang berafiliasi dengan YPK PT. PLN. Kayak semacam apa ya aku juga nggak ngeh, semacam yayasan buat pensiunan PLN gitu. Bidang usahanya adalah pertanian, peternakan, dan perikanan, jadi dengan konsep integrated farming dari hulu hingga hilir. Contohnya, dari peternakannya. Kotoran ternak dapat dimanfaatkan menjadi banyak hal antara lain menjadi pupuk dan biogas. Selain itu, hewan ternak disembelih sendiri untuk memproduksi aneka olahan nugget dan bakso. Untuk sektor pertaniannya, PT. KPI menanam sekada, bayam merah, tomat cherry, dan masih banyak lagi. Sistem tanamnya menggunakan vertikultur, baik menggunakan model aquaponik maupun hidroponik. Oiya, karena ini memang sebuah PT., maka usaha retail yang dilakukan adalah menjual hasil-hasil bumi tadi. PT. KPI juga menyediakan jasa pelatihan dan diklat, entah itu diklat peternakan, pertanian, perikanan, atau yang lain katanya bisa hehe. Maklum sih, lokasi PT. KPI memang asri dan lumayan dingin, jadi cocok. Ada penginapannya juga. Waktu kami berkunjung kesana kami kena tiket per anak Rp15.000 dengan minimal 10 anak, begitu. Ada beberapa paket kunjungan sih, bisa dicek aja wqwqw. Oke sekarang cus ke jalan-jalannya.

        Saat kami sampai, eh ternyata, barengan sama kereta mini anak-anak TK-_- Yaudah kita cus masuk ke aulanya, mendengarkan penjelasan, yang sudah ku jelaskan di atas itu tadi hehehe. Sebenernya banyak yang dijelaskan, tentang mental wirausaha juga. Kebetulan nih bapaknya yang menjelaskan adalah alumni dari Peternakan UGM. Sumpah ya, di akhir-akhir kita malah kaya dikasih materi AMT-__-wkwkw. Dannnnn itu memakan waktu sekitar yah berasa 2sks lah pokoknya. Setelah itu, kita mulai diajak jalan-jalan. Nggak sama bapak-bapaknya itu lagi, ganti orang ehehe. Tapi bapak-bapaknya yang ini masih sama-sama dari Peternakan UGM, tapi bapak yang ini katanya nggak lulus soalnya dah males:(( #ahelah


Kaya gini penyambutannya ehehe. Karena mas Nick paling tua, jadilah ia yang atur-atur:)))

Kalo ini squad KAB yang ikuuut wqwqwq

Penampakan rombongan

        Pertama-tama kami memasuki greenhousenya, eh bukan greenhouse sih, ya pokoknya yang rumah-rumah tanaman vertikultur itu tadi hehe. Luas sih area tanamannya itu. Liat-liat sambil poto-poto ugha wqwq. Selanjutnya, kami menuju kandang. Baunya sudah mulai terasa. "Itu bau duit tau,", kata mas Nicko wqwq. Kandang pertama yang terdekat adalah kandang sapi wagyu yang kata bapaknya harga per ekor mencapai 800juta rupiah, dan disana ada sekitar 8 ekor lebih #wow #akugumun. Oiya ada juga sapi jepang eh atau apa itu yang sukanya dipijat-pijat yang harganya mahal juga tapi ku tidak melihatnya sih, diceritain aja sama bapaknya #percayaaja. Di samping kandang sapi wagyu ada sapi perah biasa. Antara kandang tersebut ditutup sekat, soalnya kalo nggak gitu si sapi wagyu yang notabene jantan semua, suka bisa napsu kalo liat betina perah---kata bapaknya gitu. Sapi perahnya juga banyak, nggak sempat ngitung aku hehehe. Berjalan lagi, kami sampai di kandang kerbau. Ada kerbau metal bule ihhh yaAllaaaah lucu bangeeeeeeet genduuuuuuuuuuutttttt imuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut. "Itu kalo diluar, biasanya mau kalo dinaiki, Mbak.", kata bapak. Yah sayangnya dia di kandang aja. Tapi emang sih dielus-elus dia juga diem aja hehe.


Ini diaaaah si sapi wagyu yang kece karena rambutnya brindilxD *abaikan pantat temennya yha *yang take mbak khum soalnya wqwq

Si sapi perah

SI KEBO METAL MAMEEEEEN BULE ABIZZZZ!!!

        Selanjutnya kami masih dari kandang ke kandang. Yang ini kandang kambing dan domba. Ada kambing ettawa, domba shaun the sheep (beneran kaya shaun the sheep aku gumun tapi yang ini versi kluwusnya yha), terus ada domba apa itu namanya kata mba Anis itu yang biasanya menghasilkan wol, dan dia juga lucu abizzzzzz. Semuanya pada nurut waktu dielus-elus heheh. Selesai melewati kandang perkambingan, kita memasuki kolam-kolam ikan. Well, agaknya perikanan disini masih dalam tahap pengembangan sih, kalo kata bapaknya, PR buat perikanan masih banyak. 

Inilah kambing yang dimaksud #bukan yang gembel itu yha

Kluwus version of shaun the sheep

Iya. Kolamnya segitu aja. Wqwq nggak deng yang belakang itu ada banyak lagi dikuras.
        Beranjak dari kolam, kami menuju kandang rusa! Iya, rusa! Ada sekitar berapa ya, 4 rusa apa ya. Rusa kecilnya sih mendekat, tapi yang bapaknya eh atau mbahnya pokoknya yang tua dan bercabang banyak diem aja mager kayaknya:( Kata bapaknya lagi, dulu sempat sulit ngurus perijinan buat memelihara rusanya begitu. Sehabis nonton rusa, kami jalan-jalan biasa di area PT., ada area outbond-nya juga ternyata. Oiya kami juga sempat melihat ruang produksi bakso, syedihnya, kita cuma dapet baunya aja:( Bapaknya nggak nawari masa:(( 

Si Rusaaaa
Oiya, sempat lihat instalasi biogasnya juga nih

        Oke, agaknya tour selesai saat itu dan hujan mulai merintik. Sudah hampir jam 12 siang. Karena bingung mau makan dimana, padahal kita kebanyakan sudah pakai mantel siap jalan, eh akhirnya cuma makan di warung depan PT.-__- Nirfaedah emang pake mantelnya-_____- Mana ibu-ibu warungnya lama pekanya kalo kursinya nggak muat buat kita bertigabelas-________- Setelah lama menunggu kayaknya ibuknya baru sadar dan ngasih kita tikar hehehe. Kita makan soto rame-rame diselingi ketawa-ketawa gaje dari game perkenalan yang dicetuskan oleh mbak Salma wqwqwqw. 

Yah beginilah suasana makannya ibu-ibu. Saya juga ngga tau yah itu mas Nick sama mas Rama mikirin apa:''D

        Selesai makan siang, kami sempat sholat dulu sebelum melanjutkan perjalanan. Dan lagi-lagi, kita bingung mau kemana-_- Fyi, di broadcast itu ada tulisan juga mau ke wahana air di Klaten. Oke, mba Salma udah ada rencana sih, tapi ternyata itu satu jam perjalanan bzzzzzz. Setelah runding sana-sini dan langit yang tetap merintik, kami memutuskan turun dan menuju tebing breksi di dareah Kalasan hehe.

        Oke, perjalanan awal sih baik-baik aja. Hujan juga udah terang, mba Khum aja yang masih pake mantel-_- Mana itu mantel pinjeman dari mas Aziz-___- Pokoknya highlight hari itu adalah mba Khum aka Azizah dengan mas Aziz, yang cerita awalnya berasal dari pinjem mantel waqaqa=)) Di jalan, mas Fandy dan mbak Salma sempet salah belok dan itu menurutku di jalan Solo-Klaten itu jan ruame dan super riskan bzzzz-_- Salah menggok neh ealah mas mba zzzzzzz. Kita akhirnya memasuki Jalan Piyungan dengan manjah rintik hujan. Udah hampir belok ke kiri yang mulai masuk desa menuju tebing nih, eh hujan deres super luebat turun. Sumpah kita nggak nyangka hujan tiba-tiba deres. Kita baru pada pakai mantel disaat mas Rama dan mas Aziz jalan duluan. Dan saat kita selesai pake mantel dan hujan tampaknya makin lebat, pemimpin rombongan yaitu tadi mas Fandy dan mba Salma memutuskan membatalkan pergi ke tebing breksi. Lah, mas Rama sama mas Aziz itu nanti gimana? Nggak tau. Wqwqwqw. Tapi emang ya, kalau mau lanjut disana mau apa kalo ujan, nggak bisa poto-poto:(( Yaudah deh dengan berat hati kami putar balik dan meninggalkan mas Rama Aziz berdua hahaha. 

        Ternyata perjalanan balik nggak semudah itu. Itu sumpah ya hujan yaAllah duereeeeeeessssss pake buangeeeeeeeeet sampe putiiiiiiiiiiiih. Bayangkan yha bayangkan yaAllah baru pertama kali itu aku kena hujan selebat itu, boncengin anak orang lagi. Untung nggak ada petir, tapi kan aku tetep takut. Dan kami fix buasah di sepanjang jalan Solo-Klaten itu, paling deres sih sekitar bandara yha. Mba Khum mana juga cuma pake mantel atasan pinjeman mas Aziz dan mantelku sendiri pun aslinya robek di beberapa tempat:":":" Takut bener itu jalan berasa tenggelam:( Untung masuk Gejayan itu mulai agak mending tapi masih lebat juga. Kasihan mbak Anis alergi dinginnya kumat jadinya dia gatel-gatel. Waktu ngantar mbak Khum sampe kos, that's unbelivable! "Dek, tak lewatin yang atas aja, kalo lewat bawah nanti dah kayak sungai.", kata mbak Khumay yang sebelumnya aku iyain aja karena nggak paham kenapa. EHHHHH TAUNYA SAMPE ITU GANG YA ALLAHHHHH. Sumpah itu air bener-bener turun kebawah lewat gang sempit dan bener-bener kayak sungai! Mana kosnya mbak Khum tepat di belokan air itu. Aku dengan deg-degan modal basmalah nrabas itu air dan Alhamdulillah selamat HAHAHA. Sumpah aku nggak takut hanyut, tapi lebih takut mesin motor mati kelelep:":" Aku nggak sempat mampir lama di kosan mbak Khum karena aku juga basah kuyup:":" Hanya, mbak Khum kusuruh njagani aku saat aku balik, i mean tak suruh ngliatin aku balik nglawan arus, siapa tau kenapa-kenapa yekan. Bismillah lagi, dan Alhamdulillah selamat:'D Aku melambaikan tangan goodbye pada mba Khum dan aku sadar perjalananku masih panjang sampai mBantul:":":":":":"

Hujannya itu belum reda, bre. Dan tanganku setengah gemetar. Jari-jariku kebas. Udah pokoknya rasanya pegel semua.:"""""""""
Sampai rumah, aku langsung mandi, dan makan tentunya. Harap-harap cemas nggak masuk angin......tapi ternyata iya:(
Oke akhirnya aku berakhir dengan kerokan di tempat simbah.....


Makasih ya, mas mbak, terutama mbak Salma, wahana airnya memang yang terbaik dan paling nyata.


Penuh cinta,
Puspa.



SQUAD KANDANG RUSA 2017


Sunday, January 01, 2017

DIY Paper Roses Flower Bouquet

       So, December was almost over and so did 2016. Well, mostly I always have a project in the end year, last year is Ajud’s Surprise Party with GabutCrew, and I was thinking for what should I do on this year soooooo then I found this idea!

       My mom’s birthday is on January 1, the new year yes, (actually she was born December 31 in the afternoon), and last year I gave her a bouquet of flowers. I was planning to give her a flower bouquet again but then I thought that I wanted to make something special so yea I made this paper roses flower bouquet aha wkwk.

       I found the idea on Pinterest. First I wanted to make it from newspapers but I thought that the color is not good enough I mean no no no just no. Then I remembered that I still have my problem sheet when I was still in the 10 grade, so I took it as the petals. For the stem, I was going to use some copper wire but I couldn’t find it in my hometown and I think it would be a bit expensive (aha wkwk) so I use some sticks (batang lidi in Indonesian). Ok well then It was a bit hard to find where is the lidi seller sooo I stole them from broom stick hahaha (my mum and dad didn’t know).
       So im gonna explain some how to make thing, im sorry I forget to take the picture hehehe.


       What you need:
  • Papers, im using used paper
  • Sticks / craft wire, im using lidi
  • Glue gun
  • Wrapping paper
  • Ribbon
       Steps:
  1. First, cut the newspapers and make into petal shape. Well don’t be afraid to make a different shape each petal because it will make a unique flower then. Make about 5-6 different sizes of petals, mine is 5 sizes, start from 4 cm length and 2 cm wide. 
  2. Cut the lidi in 30 cm length each, I made 45 lidi because I want to make 45 flowers.
  3. Then using glue gun, stick each petal from the smallest one until the biggest. Create as unique as you can. I had about 6-8 petals for each flowers. Beware with the glue gun my mother finger is one of it’s victim *cry*
  4. After each lidi is done, band the flowers into a half-rounded bunch 
  5. Wrap the bouquet as messy-aesthetic as you can hahaha 
  6.  Give them some ribbon! Ready!!









       Well, that's it! Happy new year 2017 anyway, good peeps! xoxo


Thanks for reading!:D

END-YEAR SHORT GETAWAY: SOREM!


Study On Rural Empowerement (SOREM) merupakan salah satu program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh DEMA Pertanian UGM. SOREM kali ini diadakan di Sureng I, Tepus, Gunungkidul pada tanggal 20-22 Desember 2016. Awalnya sempat malas tak ingin ikut, tapi sebagai mahasiswa, daripada nanti menyesal, apalagi habis UAS tidak punya kegiatan alias gabut, akhirnya aku mendaftar SOREM. *thanks to Shabby yang benar-benar meyakinkanku ikut SOREM dan aku nggak menyesal hehe*

Sore itu tanggal 20 kami sudah sampai di Sureng I, lebih cepat 1 jam dari jadwal karena ternyata jalan tidak macet. Kami menunggu di rumah pak Jafar, Ketua RT 04, sambil ngobrol satu sama lain sesama peserta SOREM karena kami memang belum saling mengenal ehehe. Hingga adzan maghrib tiba kami menuju ke masjid setempat tidak jauh dari rumah pak Jafar. Kondisi masjid cukup bagus, tetapi agaknya jarang dipakai karena waktu kami masuk perlu disapu dahulu sebelum melaksanakan sholat. Warga setempat hanya tampak satu orang yaitu seorang bapak-bapak sepuh. Selesai sholat kami kembali ke rumah pak Jafar dan wohooo! Sudah banyak bapak-ibu asuh yang berkumpul! Oke, aku mengucapkan salam perpisahan kepada teman-teman sekitarku dan bercanda, “Heheheh nanti main ke rumahmu y” wkwkwk. Setelah aku dipanggil, aku mendapat orang tua asuh yaitu keluarga bapak Ngadiyanto. Yang menjemputku adalah seorang ibu-ibu masih cukup muda dan cukup “nyentrik” rambutnya agak semacam diombre dan kekinian seperti ituh hehehe. Kemudian aku diantar sampai ke rumah.

Oke, mari kita bercerita tentang keluarga ini. Dari keluarga besarnya dulu ya biar nanti bisa dong a.k.a jelas. Kakung Adi dan Mbok Karti merupakan sepasang suami istri yang mempunyai 4 anak yaitu Ngadiyanto, Wasi, Sri, dan Sutoyo. Nah, aku mendapat orangtua asuh yaitu anak pertama, pak Ngadiyanto. Keluarga pak Yanto terdiri dari tiga orang yaitu beliau, istrinya yaitu Mak Ji, dan seorang putranya yaitu Fiqih. Pak Yanto merupakan seorang buruh pembuat genteng di daerah Godean. Dalam sebulan, beliau hanya pulang 2 kali ke rumah, dan pada waktu aku berada di rumahnya, beliau belum pulang, jadi aku nggak tau deskripsinya hehe. Istrinya, Mak Ji, masih cukup muda usianya 32 tahun, 5 tahun belakangan ini mengidap penyakit gejala stroke. Tangan kanan Mak Ji tidak bisa digerakkan secara sempurna dan hal itu membatasi kemampuannya beraktivitas. Dahulu Mak Ji juga bekerja menjadi buruh pembuat genteng bersama sang suami. Putra semata wayangnya, Fiqih, masih kelas 4 SD. Mak Ji pernah bercerita dahulu beliau pernah hamil dan Fiqih senang sekali mendengarnya karena dia ingin punya adik. Namun, akibat penyakit yang dideritanya, Mak Ji tidak yakin atas kehamilannya dan pada akhirnya beliau keguguran. Yang menjemput aku dari rumah pak RT tadi bukan Mak Ji, tapi Mak Sri, si putri ketiga. Mak Sri mempunyai dua orang putri yaitu Meli yang masih kelas 5 SD dan Nita yang masih TK. Aku nggak sempat ketemu suaminya Mak Sri jadi ku tidak tahu wkwk. Nah, keluarga pak Yanto hidup bersama keluarga pak Wasi, adiknya *eaaa hidup bersama eaaaa. Keluarga pak Wasi terdiri dari 4 orang anggota keluarga yaitu beliau, istrinya yaitu Mak Ribut (seriously namanya Ribut dan Cuma Ribut doang nggak ada embel-embel apa. Re: siapa tau ada yang kepo), kedua anaknya yaitu Agus kelas 2 SMP dan Bagas masih PAUD. Pekerjaan pak Wasi serabutan di Kota Yogyakarta dan terkadang nyambi di ladang. Ngomong-ngomong soal anak ke-4 yaitu Sutoyo a.k.a Kang Toyo, aku nggak tau persis karena beliaunya sedang tidak ada di rumah tapi sering disebut-sebut sama mereka. Kang Toyo bekerja sebagai buruh di pabrik wajan di Kota Yogyakarta dan masih lajang #fyi. Kata Mbok sih belum mau menikah gitu. Udah segitu aja intro dari keluarga ini hehe. Oiya mau ngasih tau lagi, tahun lalu yang dapat anak asuh adalah Kakung dan Mbok, dan tahun ini gantian anaknya gitu, dan si Mbok nanya-nanyain mas Bimo terus (anak asuhnya tahun lalu) dan well aku nda kenal Mbok:(


Ini keluarganya:D Kanan ke kiri: Mak Ribut, Mbok Karti, Aku, Mak Ji, Mak Sri, Nita, Meli, Fiqih, Bagas.
Keluarga Pak Yanto tinggal di sebuah rumah kecil yang dibagi dua dengan adiknya, keluarga Pak Wasi. Oke, ini benar-benar dibagi dua dan rata karena di bagian tengah ada temboknya. Rumah itu baru setahun yang lalu dibangun. Masih tampak sana-sini hal yang kurang seperti jendela dan daun pintu permanen. Lantainya masih semen dan itu hanya di ruang tamu, jadi sisanya tanah. Masing-masing bagian keluarga ada 1 ruang tamu, 1 ruang tidur, 1 ruang barang-barang, dan 1 dapur. Rumah itu masih belum punya kamar mandi dan WC. Di rumah itu benar-benar tidak ada sumber air. Dua keluarga itu biasa mengambil air di rumah Kakung dan Mbok yang letaknya di bawah seberang jalan rumah mereka. Oiya, kalo ngomong keras-keras pasti seisi rumah terdengar wkwk.


Rumah tampak depan

Keadaan isi rumah benar-benar kurang, apalagi milik keluarga Pak Yanto. Harap diingat karena rumah ini dibagi dua, kadang aku pun berada di rumah Pak Wasi hehe. Di ruang tamu ada sehelai tikar cukup besar, sebuah meja, dan televisi. Di kamar tidak ada kasur, hanya dua lembar tikar, tidak ada furniture lain kecuali sebuah rak untuk menyimpan baju-baju, buku-buku milik Fiqih, dan sebuah meja kecil untuk menaruh makanan dan minuman. Di ruang barang-barang, kosong, hanya ada beberapa perkakas dan tampak kotor. Di dapur pun sama saja, tidak banyak peralatan dapur pada umumnya yang Mak Ji punya. Kalau boleh jujur, keadaan pak Wasi masih lebih baik daripada pak Yanto.

          Suasana rumah pada saat aku datang cukup ramai. “Kalo nggak ada njenengan nggak seramai ini, Mbak.”, begitu kata Mak Ji. Etdah q jadi tersipu. Tapi emang bener sih, di rumah hitungannya  cuma berdua sama Fiqih. Ngomong-ngomong, Mak Sri lah nanti yang akan “mengurus” beberapa kebutuhan selama aku disini karena keterbatasan Mak Ji. Apalagi pagi sebelum aku datang, Mak Ji jatuh saat mengambil air sehingga tubuhnya lebam dan luka-luka. Kung Adi dan Mbok Karti juga datang malam itu dan kami mengobrol hingga pukul 21.30 yang kalau disana dianggap sudah cukup larut. Anak-anak pun biasanya tidur pukul 19.00. Tapi akibat kedatanganku mereka jadi tidur pukul 21.00.  Aku pun tidur di ruang tamu bersama Fiqih dan Meli yang menginap selama aku disini. Well, tidur benar-benar hanya di atas sehelai tikar. Bukan gimana-gimana atau gimana ya, tapi aku kasihan keluarga ini kasur untuk tidur saja tidak punyaL Btw, aku juga masih bisa tidur dengan nyaman, aman, dan tenang kok. Biasa makrab pas-pasan jadi ya dah biasa waqaqa.

Pagi hari, Rabu, 21 Desember, aku bangun terbangunkan alarm HP pukul 04.30 dan lekas mengambil air wudhu di gentong air dapur. Ngomong-ngomong soal sholat, disini nggak pernah ada adzanL. Mak Ji juga sudah bangun, tinggal anak-anak yang masih terlelap. Selesai sholat kami memulai kegiatan di dapur. Agak sempit aku jadi kikuk. Btw bukan gimana-gimana, di rumah, rumahnya dulu punya Simbah jadi rumah jaman dulu kan masih luas gitu ya, ya ya jadi biasanya ya hehe. Mak Ji menyalakan api dan memasak air, aku mencuci peralatan bekas semalam. Oke, Mak Ji tidak punya busa cuci atau mungkin plastic sehingga aku menggosok dengan tanganku sendiri. Mencuci pun tidak boleh bisa banyak-banyak airnya supaya tidak boros dan harus mengambil air. Sebenarnya masih kurang bersih tapi yaudah lah ya kayaknya nggak papa. Kemudian aku menggoreng tahu dan tempe. Tak lama, Mak Sri datang membawa beberapa sayuran yaitu daun papaya, kembang papaya, dan papaya muda, oke semuanya pepaya. Mak Sri juga membawa “gude”, semacam biji-bijian mirip kedelai yang katanya enak. Aku sendiri baru kali ini melihatnya. Gude tadi disayur bersama pepaya muda yang sudah dipotong-potong. Kuah sayur gude ini agak kehitaman, “Memang begitu mbak nek nyayur gude.”, kata Mak Sri. Setelah sayur gude matang, kami membuat oseng daun dan bunga pepaya pedas. Satu yang paling aku notice ketika memasak, beliau-beliau ini kalo ngasih MSG cukup banyak yha hmm mantap. Mak Sri tadi juga sudah membawa nasi jagung yang sudah matang. Sambil menunggu masakan matang, aku dan Meli mengambil air dibawah di rumah Mbok. Ember pertama belum terasa apa-apa, ember kedua masih kuatlah, sampai ember ketiga dan aku disuruh berhenti oleh Mak Ji. Oke sepertinya beliau melihat napasku terengah-engah jadi tidak tega, duh aku jadi malu huft lemah. Saat masakan sudah matang dan siap kami semua berkumpul di ruang tamu dan sarapan pagi bersama, ada Mbok juga datang. Sarapan yang sederhana tapi nikmat, Alhamdulillah. Yang paling bikin trenyuh sih masa Mak Sri bilang, “Mbak, ini kalo nggak ada njenengan biasanya nggak pakai lauk lho, oseng tok.”. Ya Allah padahal aku di rumah kaya apa:((

Ini yang namanya sayur "Gude"

My breakfast, yummm :D

Selanjutnya aku dan Aulia, anak asuh keluarga Pak Wasi, diajak pergi ke ladang oleh Mbok Karti. Keluarga Pak Yanto maupun Pak Wasi bukan petani sehingga yang masih sering ke ladang adalah Kakung dan Mbok. Kami menuju ladang yang tidak jauh dari perkampungan. Ladang milik Kakung dan Mbok cukup luas dan ditanami berbagai palawija. Mereka juga memelihara 2 ekor sapi. “Niki pas wayahe mboten wonten gawean, Mbak.”, begitu kata Mbok sehingga aku dan Aha hanya berkeliling melihat ladang, super gabut dan nirfaedah sebenarnya hehe. Namun, kami sempat membantu mencabuti kacang sisa jarahan kera-kera yang turun bukit, memetik beberapa jagung untuk dibuat bakwan, dan memberi pakan sapi. Ngomong-ngomong soal kera, memang sering kera-kera tersebut turun bukit dan menjarah tanaman warga. Tapi juga tak jarang para warga "hunting" kera untuk dimakan dagingnya, dimasak tongseng begitu katanya, kata Fiqih sih gitu, like yeah seriously kera?!?! Selain kera, mereka juga suka masak tupai a.k.a bajing, yang suka berkeliaran di pohon kelapa itu lho. Ckck.

Salah satu sudut ladang Kakung & Mbok
 
Sapinya Mbok. Seekor harganya 26jeti baru beli 3 bulan lalu katanya.



 Di ladang ini ada gubuk singgahnya juga. Ada tempat duduk-duduk dari kayu, kolam air tadah hujan (biar kalo ngasih minum sapi nggak ribet mbak, kata Kakung), dan perapian (biar nggak digigitin nyamuk, kata Kakung). Rasanya pengen mandi di sana serius, tapi yang bisa mandi cuma anak-anak kecil. Yakali sih mandi disana, padahal juga dibolehin loh HAHAHA.


Mak Ribut dengan jagungnya
 
Mandinya di sebalik itu dan super sueger dan menyatu dengan alam ehehe


Senapan angin milik Kang Toyo


Kami tidak lama-lama di ladang dan terus pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku turun ke rumah Mbok untuk bersih-bersih. Kamar mandi di rumah Mbok seperti kebanyakan kamar mandi di sini, intip-able. Tinggi dindingnya cuma dibawah pundak dikit. Aku tiap mau mandi pasti celingak-celinguk dulu, siapa tau ada yang ngintip atau ada kamera tersembunyi #suudzon hehe. Selesai mandi kami bersiap untuk bazaar murah di masjid. Sebelumnya makan siang dulu hehehehe. Btw, Mak Ribut bikin bakwan jagung beneran. Yang unik adalah this is seriously corn only, i mean without wheat. Jadi biji jagung itu ditumbuk terus dikasih bumbu terus udah digoreng aja. Agak atos begitu yha tapi enak. Maaf nggak ada potonya hehe.

Aku, Aha, Mak Sri, Mak Ribut, Mbok Karti, dan anak-anak bersama-sama menuju bazaar murah. Fiqih awalnya tidak mau ikut. Tampaknya Mak Ji tidak punya uangL Tapi akhirnya dia ikut karena di rumah juga sepi. Suasana bazaar sudah cukup ramai saat kami datang. Para ibu segera memilih-milih baju yang akan dibeli sedangkan aku dan Aha bermain dengan anak-anak di pelataran masjid. Saat bermain aku berkenalan dengan anak-anak lain yang super lucu dan menggemaskan, serasa ingin dibawa pulang, terutama si Dendi!   

Ini si Dendi, paling lucu pas senyum soalnya ngga punya gigi. Sayang ini dia pas mingkem ehe.
 
Kegiatan bazaar murah berlangsung cukup lama karena ibu-ibu menunggu hingga detik-detik terakhir harga per potong baju 500 rupiah. Aku dan Aha sendiri memutuskan untuk membelikan adik-adik asuh kita baju. Aku juga tidak tega pada Fiqih soalnya:( Acara bazaar murah selesai dan satu jam selanjutnya adalah acara vertikultur botol untuk anak-anak. Mereka tampak bersemangat dan antusias menanam bibit tanaman pada botol-botol gantung yang telah diisi media tanam. Acara sore itu diakhiri dengan foto bersama karya masing-masing.

Adeq2 unyu apalagi yang pake jilbab coklat baju merah:D
 
Panitia & peserta yeheee

Aku, Aha, dan anak-anak kembali pulang ke rumah. Sampai disana sudah berkumpul lengkap di ruang tamu keluarga Pak Wasi, wedangan istilahnya. Pokoknya setelah aku amati memang kebiasaan tiap pagi dan sore adalah wedangan bersama dengan menu yang selalu ada yaitu roti bunder a.k.a singkong goreng dipotong-potong. Aku sendiri menikmatinya ehehe.  Kami kemudian lanjut makan malam, masih dengan masakan tadi pagi. Rasanya tetap enak karena bersama-sama. Setelah makan selesai kami masih berbincang-bincang hingga sudah waktunya aku dan Aha berkumpul di rumah pak RT untuk koordinasi volunteer. Saat kami pulang lagi ke rumah, anak-anak sudah terlelap, begitu pula para orang tua. Maka, kami pun ikut menyusul tidur karena rencana esok pagi kami akan diajak jalan ke pantai Ngitun yuhuuuuu~~

Pagi, Kamis, 22 Desember, pukul 04.00 aku sudah bangun (tanpa alarm, aku bangun duluan daripada alarmnya) begitu pula Aha karena suaranya sudah terdengar di ruang sebelah. Kami berdua pamit turun untuk sholat subuh pukul 04.30. Saat kami selesai dan kembali, ternyata anak-anak sudah mulai melek. Pukul 05.00, aku, Aha, Fiqih, Meli, Agus, dan Bagas berangkat jalan kaki ke pantai Ngitun yang jaraknya 3 km dari kampung. Baru beberapa langkah, eh si Bagas nangis karena ditinggal sang kakanda yaitu Kang Agus. Seriously manggilnya “Kang Agus” wkwk lucu e. Oke sebenarnya ada Bagas menghambat laju perjalanan kami hft. Tapi Mak Ribut sepertinya tidak tega dengan tangisan Bagas. Andai aku Mak-nya Bagas, beh getak pisan ra manut guwang wqwqwq. Di jalan yang berbatu kami pun tidak bisa berjalan cepat, kasihan Bagas lah, kakinya kan kecil. Akhirnya dia ku gendong sesekali hingga sampai ke pantai. Untung Bagas masih kecil jadi nggak terlalu berat juga gendongnya ehehe. Perjalanan yang cukup melelahkan terbayar dengan pemandangan pantai Ngitun. 

Oke jalanannya itu doesnt easy as it seems ya

Kami sampai di pantai pukul 06.15, lumayan cepat ini karena katanya biasanya kalo anak cowok itu 1 jam jalan kalo anak cewek bisa sampe 2 jam hanya untuk jalan ke pantai. Di sana rupanya sudah ada Eka dan Mbak Fatma yang tadi diboncengkan motor ayahnya saat kami hanya jalan kaki #kampret. Anak-anak bermain air dan mandi di pantai. Aku hanya sesekali bermain air dan mengambil beberapa foto Polaroid, anak-anak minta kenang-kenangan. Ada yang unik dari pantai Ngitun yaitu tentang sebuah batu yang tidak boleh dipegang karena kalau dipegang bisa jadi gila, begitu yang diceritakan Meli yang kemudian aku ceritakan kepada Mbak Fatma. “Weh dek, aku lupa, aku tadi nggak sadar megang batunya lho.”, kata Mbak Fatma yang membuatku tertawa dan menggodanya, “Eh jangan gitu to Mbak Fat, aku nggak mau ngasih kabar ke kampung kalo kamu jadi edan mbak hahahaha.”, yang membuat Mbak Fatma cemberut. Beberapa rombongan juga datang yaitu Sekar dkk yang semalam ngajak berangkat pukul 05.00 eh ternyata malah aku yang beneran jam segitu dianya yang molor ew. Menjelang pukul 07.00, Mak Sri dan Pak Wasi sudah datang menjemput kami. Ya, perjanjian awal memang begitu, kami berangkat jalan kaki kemudian pulangnya baru dijemput hehehe. Setelah anak-anak membilas tubuh, kami lekas pulang. Nggak sempat foto-foto banyak, selain refill polaroid yang limited, hapeku low batt hiks:(

Bersama bocah-bocah
Ayuk-Sekar-Me

Oke, perjalanan pulang ini cukup ekstrim pemirsa. Pak Wasi, Aha, dan Bagas satu motor. Aku, Mak Sri, Nita, dan Meli satu motor, ini agak overload ya. Benar saja pada saat tanjakan tercuram, baru juga seperlima jalan, motor sudah macet dan cepat-cepat aku turun karena masih ingin hidup. Jadilah aku jalan kaki dengan para bocah lelaki yang jalan kaki yaitu si Fiqih dan Agus. Entah, tanjakan itu terasa super berat bagiku sehingga aku ditertawai bocah-bocah itu. Yakin deh itu paling sekitar yah 60-70 derajat kemiringannya. Mak Sri sudah menunggu di atas. Perjuangan belum selesai sampai disitu. Jalan yang berbatu membuat motor “ngogel-ngogel” yang untungnya Mak Sri sudah mahir, Alhamdulillah yah. Aku dengan berdebar memegang erat sadel motor. Jalan berbatu tak apa, tapi jatuh itu sakit, itu kata-kata Mak Sri yang oke itu memang benar. Mak Sri sendiri bilang kalau hujan dia sendiri tidak berani. Memang sih tanah liat bikin super licin. Aku cukup lega saat sudah masuk jalan perkampungan. Sampai di rumah aku benar-benar lemas hingga Mak Ji bertanya, “Njenengan kenapa, Mbak? Ketoke kok lemes tenan.”, duh lagi-lagi aku jadi malu #lemah. Setelah itu Mak Ji menyuruhku mengambil air. Karena itu adalah hari terakhirku disana, aku mencoba berbuat lebih banyak dan aku berhasil mengambil 4 ember air. Tidak banyak sih, hanya selisih 1 ember tapi Mak Ji sudah senang wkwk. Kemudian aku bersih-bersih dan bersiap packing pulang.

Pukul 12.00, aku dan Aha menuju ke rumah pak RT untuk makan siang bersama dan mengambil jatah sembako untuk keluarga asuh. Setelah itu kami kembali lagi untuk berpamitan. Ya, akhirnya ini waktunya pulang, berpisah dari mereka.. Aku hanya membawa satu buah kenang-kenangan, dan kalau sesuai keluarga asuh, aku hanya bisa memberi pada Mak Ji. Padahal, seluruh keluarga besar ini mengurusku. Mereka juga memberiku oleh-oleh sekardus pula. Duh aku jadi super nggak enak:(:(:( Mbok Karti, Mak Ji, Mak Sri, dan Mak Ribut berlinang air mata, Meli malah benar-benar menangis. Etdah bocaaah:(:( Aku sendiri tidak bisa menangis karena aku merasa ini bukan kali terakhir kita bertemu tetapi suatu hari nanti aku pasti akan kembali lagi kesana…

Sewaktu pamitan pulang :'D
Banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari mereka, ditengah kesulitan dan keterbatasan yang mereka hadapi. Terutama tentang arti bersyukur. Masalah kesulitan akses air yang menjadi salah satu kebutuhan utama membuat kebersihan diri dan lingkungan keluarga ini kurang terjaga. Sanitasi dua keluarga ini terbatas. Anak-anak apabila ingin buang air kecil langsung menuju ke halaman depan rumah dan (re: maaf) tanpa cebok maupun cuci tangan. Keterbatasan Mak Ji pula membuat rumah sedikit tidak terurus dan terlihat kotor. Anak-anak sendiri tidak punya hiburan lain selain nonton sinetron dan bermain game di HP. Makanan yang dimakan juga sangat sederhana dan tiap hari kami pasti makan singkong. Daging dan telur adalah makanan yang mewah bagi mereka.  Akses kesehatan masih cukup jauh. Begitu pula kegiatan rohani masyarakat yang kurang aktif. Masih banyak kekurangan lain yang membuat aku bersyukur atas kehidupan yang aku jalani sekarang kala membuka kran air masih keluar airnya bersih dan lancar.

Mahasiswa punya peran yang besar dalam menghadapi permasalahan di masyarakat seperti ini. Contohnya di Sureng I ini, mahasiswa Pertanian UGM sudah mulai membantu para petani dengan membagi pembasmi hama organik. Seharusnya hal ini perlu diikuti oleh mahasiswa dengan disiplin ilmu lain seperti medika dan teknik. Aku sempat berbincang-bincang dengan Mak Ji dan Mbok Karti tentang penyakit yang diderita Mak Ji dan banyak informasi-informasi kesehatan yang ternyata beliau-beliau belum mengerti. Mahasiswa kelompok studi maupun yang suka melakukan penelitian dapat terjun langsung dan menerapkan ilmunya. Satu hal yang membuat aku gemas adalah kala mengambil air yang naik turun. Hal ini dapat sedikit diatasi dengan membuat katrol sederhana yang pasti itu akan sangat mudah dibuat oleh mahasiswa teknika. Bisa bermanfaat banget kalau mereka-mereka yang researcher langsung terjun mengatasi masalah di masyarakat. Selain itu aktivitas rohani warga perlu lebih ditingkatkan dan ini memerlukan pengorbanan dari orang-orang yang benar-benar ingin mengabdi kepada Allah.

Kegiatan SOREM yang diadakan oleh DEMA Faperta UGM ini menurtku sudah banyak membantu baik untuk warga kampung maupun peserta volunteer. Kami bisa “bertukar kawruh” satu sama lain. Sebetulnya kegiatan pengabdian masyarakat seperti ini sebaiknya dilakukan dengan tenggang waktu lebih lama, misalnya seminggu. Namun, aku sendiri mengerti keterbatasan kemampuan panitia tapi apabila hal itu bisa direalisasikan pasti mengabdinya akan lebih terasa. Beneran deh sumpah wkwk. Aku berharap kegiatan SOREM ini bisa terus diadakan tiap tahun supaya mahasiswa sedikit banyak bisa merasakan kehidupan nyata yang kejam dan keras dan air susah.

Terlebih dari itu semua, jangan lupa, beneran deh, banyak-banyaklah bersyukur.  Terima kasih SOREM, aku punya keluarga baru! :)

*im waiting for next year's SOREM:p