Wanna search something?

Tuesday, March 16, 2021

Haruskah?

Hi, aku tau ngga banyak--mungkin ngga ada sebenarnya yang baca-baca blog-ku selain beberapa postingan yang sampai sekarang trafficnya masih jalan. Mau cerita aja sih, dikit. I hope ngga ada yang baca hehe.

Postingan pertama di 2021 harusnya jadi soal hal-hal baru yang menyenangkan ya. But don't know should i write this or not, should i keep it my self or not, but i only want this to be a reminder that i ever went thru this phase in my life.

Beberapa minggu ini aku jadi pusing. Iya, pusing soal kegiatanku jualan roti. Udah 8 bulan besok tanggal 13 Maret. Udah lama ya. Tapi menurutku begitu-begitu aja dari my point of view. Aku sebenarnya punya banyak harapan besar soal diriku dan jualanku. Dari awal memang aku ingin menantang diriku sendiri sampai sejauh mana aku akan bertahan. Sampai akhirnya aku mulai merasa apakah sudah waktunya aku menyerah?

Semua begitu banyak di kepala. Sayangnya hanya ada 1 kepala. Riset menu, teknik, dan bahan. Trial resep. Production management. Supply chain management. Distribution + marketing management. Branding + socmed management. Iya, itu urutan kalau aku mau launch menu baru. Kelihatannya gampang ya, tapi begitu 1 step terlewati, masalah di step berikutnya muncul kembali. Sebenarnya bisa dibilang aku tidak pernah benar-benar profit karena hasil profit pasti aku gunakan lagi untuk beli bahan trial maupun alat-alat yang aku butuhkan buat produksi atau branding. Semua ngga murah dan semua tidak bisa cepat. Ide banyak, aksinya itu yang memang harus benar-benar dipikirkan. Pembukuan nol atau bahkan negatif bagiku sudah biasa. Entah finance managementku memang jelek tampaknya. Kerap aku boncos terus, hingga akhirnya di titik ini i begin to run out of money.

Ya, money is the problem. Just so you know, aku memodali diriku sendiri untuk produksi tiap harinya. Orang tuaku tidak pernah berurusan dengan hal itu kecuali memang Ibu yang membelikanku oven atau aku meminjam telur dan gula untuk kutukar saat aku sudah dapat uang. Sebenarnya aku harus bayar listrik ke Bapak, dulu sudah kusisihkan tapi ditolak. Entah signifikan atau tidak sebenarnya penggunaan ovenku ini huft. Atau mungkin memang iya tapi Bapak diam saja. Kasihan melihatku mungkin. At this time, i'm at the point which i couldn't digging my saving anymore. Aku merasa payah dan malu. Di usiaku yang ke 23, aku masih butuh uang dari orangtuaku. I can't do part time because i have to do my baking things. Oiya, jangan tanya mengapa sejak aku wisuda aku tidak fokus cari kerja saja dan tetap melanjutkan jualan, Bapak memintaku ikut cpns, that's it. Aku hanya mencoba menurut sebenarnya dan mencoba mencari peruntungan dengan jualanku ini. Tetapi tampaknya yah, seperti ini. Terkadang aku pun iri dengan teman-temanku yang kerap sambat soal kerjaannya. Aku yang merasa "kadang" ada kerjaan "kadang" engga pun merasa "hey someone out of there is dying to be in that position". Tentunya bukan aku yang dying ya, karena aku merasa masih punya kerjaan itu tadi hehe.

Malah ngelantur kemana-kemana ya curhatnya, maklum namanya wong mumet banyak pikiran hehe. Kembali ke jualan. Jujur selama ini aku juga walk in blind in running this micro business. Aku ngga pernah baca buku soal entrepreneurship, aku ngga punya mentor, aku ngga punya partner (well sempat punya but i'd cut it off). Emang ilmuku ini bener-bener nol soal bisnis. Aku juga tidak punya tujuan yang pasti soal bisnisku ini. Ada sih tujuannya, biar aku ngga minta uang Ibu lagi. Tapi tampaknya tujuan itu pun ngga tercapai ya, hiks. Belum selesai tuh soal ilmu bisnis, aku juga harus belajar ilmu-ilmu yang lain yang dibutuhkan. Kalau mau diceritakan panjang perincian launch menu baru, here we go.

Riset menu+teknik+bahan bukan hanya sekedar baca/nonton satu sumber. Itu benar-benar harus crosscheck si A omong apa si B omong apa si C pengalamannya gimana, bahkan kadang sampai buka jurnal akademik betulan. Baru dah masuk ke trial resep yang jelas tidak mungkin sekali jadi, mikir evaluasi lagi dimana salahnya. Belum nanti masukan-masukan dari para tester yang kadang membuat harus merombak resep lagi. Packaging dan gramasi menu adalah hal yang selajutnya dipikirkan. Ingat, deliverynya masih pakai motor, maka packagingnya harus yang begini begitu agar produknya tetap begini begitu. Menghitung harga bahan-bahan harus sesuai sama target market dong. Kesana kesini cari harga yang paling murah. Kalau emang ngga bisa dan harus substitute dengan bahan yang lain it means merombak resep lagi. I believe different ingredients means different taste. Skill-skill macam baker betulan aku juga harus buanyak belajar apalagi i have no pastry degree but fishery instead pft. Suka iri mak sama lulusan Le Cordon Blue. 

Setelah ketemu tuh komposisi ciamik, berpikir lagi duh brandingnya gimana ya. Aku harus belajar digital marketing. Aku harus memahami engagements, algoritma sosmed, fotografi, videografi, copy writing, content planning. Cari tuh trendnya gimana. Selanjutnya point marketingnya emang yang bikin seru-seru sadis. Aku memang ngga pernah melakukan promosi yang niat-niat amat sih, hanya posting di story IG pribadi dan status WA pribadi. Itu pun ngga tiap hari, paling 2x aja selama kurun waktu open PO. Prinsipku soalnya aku aja ngga begitu seneng story orang isinya jualan terus so i shouldn't do the same. Then my customer is mostly my friends, dan sebagian followers yang kudapatkan waktu diendorse gratis sama selebgram dulu. Aku ngga punya pasar lain ya karena aku hanya memanfaatkan koneksi yang aku punya sendiri. Not much. Aku kadang khawatir temanku beli jualanku karena kasihan sama aku:( 

Mungkin itu juga penyebab boncos, orderannya ngga banyak. Ngga selalu banyak. Aku merasa terimakasih banget sama semuanya yang udah nglarisin daganganku sampai titik ini, kasih review tanpa diminta buat di post di sosmed, sampai ada yang promosi ke temannya buat ikut order. Masih merasa bersyukur dikelilingi orang baik. Aku masih punya planning buat InstagramAds buat ekspansi market secara serius dan bermodal, but yeah money is the problem. Setiap malam menjelang tidur bagiku adalah waktu yang paling menyakitkan karena di kepala selalu berpikir "ah aku belum belajar ini" "aku belum cari tau lagi soal ini" "eh kalo begini ama begitu gimana ya" yang mana seharian aku sudah trial resep ataupun ngonten. Well, itu sumber pusing yang lainnya. Bisa disebut overthinking kah? Padahal aslinya brainstorming, tapi kepalanya hanya satu hehe.

Yang baca pasti sebel ya bacanya? Paling rasanya gemes mau komen "harusnya kamu gini" "harusnya kamu gitu" "bisalah gini" "bisalah gitu", tapi ya, balik lagi inilah aku dan progresku. Aku sendiri tiada hari tanpa memikirkan jualanku, disamping aku harus belajar untuk hal-hal lain. Mungkin aku terlalu banyak bermimpi tapi lupa kapasitasku. Ah, padahal aku amat ingin melampauinya. Aku ngga pernah menyesal sama semua yang aku lakukan semua ini termasuk boncosku yang bertubi-tubi. That's life. Namanya juga memulai semua dari nol termasuk skillnya. Well, nol koma sih soalnya aku sudah dibelikan oven Ibuku dan aku punya teman yang baik. Aku hanya sedih karena.....yah aku sampai di titik bahwa masihkah aku harus bertahan dengan kondisi ini? Haruskah aku berhenti? 

Ternyata memang benar ada 3 hal yang memberi pelajaran bagi manusia, kegagalan, kehabisan uang, dan patah hati. Gagal sudah sering. Patah hati ah sudah terjadi beberapa waktu lalu. Tapi "merasa" sudah kehabisan uang, tidak pernah aku sesayang ini sama uangku yang tidak banyak sehingga aku merasa this is the limit. Aku sudah pakai my lander of the last resort untuk beberapa hal, aku udah ngga bisa apa-apa lagi. Kalau ini masih bisa berjalan, pasti aku akan lanjut, tapi kalau tidak, yah, kita cerita lagi nanti😊

Siapapun yang baca, doakan aku ya. I'm okey kok, physically and mentally masih waras insyaAllah. Yah namanya juga hidup kadang ketemu sama kenyataan yang begini hihi.