Wanna search something?

Monday, December 23, 2019

END-YEAR SHORT GETAWAY: TLD#1

Desember sudah berjalan paruh ketiga, penelitianku belum mulai jua, wahai L-histidinku dimana engkau berada?
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        Akhir tahun biasanya kuisi dengan what so-called end-year getaway, aku dengan kondisi gabut menunggu si bahan penelitian, berusaha mencari-cari kegiatan. Duh ngapain y. Kemudian si Muning a.k.a mba Intan secara tiba-tiba mengajakku mengikuti salah satu acara dari komunitas Tandur Bumi yaitu Tandur lan Dolan #1. What? Apaan tuh?

        Tandur Bumi, in a brief, merupakan salah satu komunitas yang bergerak di bidang pertanian dan konservasi lahan. Fokusnya adalah menanam bumi ini dengan berbagai macam tanaman sesuai dengan riset yang telah mereka lakukan sebelumnya. Jadi nggak main tanem aja y. Penanaman biasanya dilakukan di desa-desa, sehingga langsung terjun ke masyarakat. Orang-orang didalamnya banyak berasal dari background pertanian terutama agronomi dan mereka sangat terbuka sekali bagi non-pertanian untuk bergabung. Kegiatan utama mereka sejauh ini ada 3 yaitu Sobo Ndeso, Tandur lan Dolan, dan aduh satunya lupa namanya (maaf gais). Sobo Ndeso kegiatannya berisi sharing pengetahuan dibarengi dengan kegiatan per-tanaman-an di sebuah desa, kemarin sudah dilaksanakan di Bantul dengan agenda mencangkok jambu kristal bersama pemuda desa. Kedua ada Tandur lan Dolan, ini yang aku ikut, nanti deh ceritanya hehe. Ketiga yaitu yang aku lupa namanya wkwk. Seingatku kegiatannya berupa peningkatan skill menanam bagi yang menginginkan. Cek sendiri deh di medsos mereka di instagram @tandur.bumi atau langsung email ke tandurbumiyk@gmail.com.

        Tandur lan Dolan #1 atau disingkat TLD#1 yang aku ikuti kali ini berlokasi di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan berlangsung pada tanggal 20 - 21 Desember 2019. Cukup membayar 70k, volunteer sudah mendapatkan bibit, topi Tandur Bumi, akomodasi, dan fun trip. Jumat sore kami semua berangkat menuju Banyuroto diiringi hujan. Aku berboncengan dengan mba Intan, pakai motornya mba Intan untungnya, karena ternyata desa ini terletak setelah Ketep Pass. Aku tidak bisa membayangkan betapa kasihannya si Spacy putih-ku apabila dipaksa melewati tanjakan panjang menuju Ketep hhh alhamdulillah yah. Kabut mulai turun saat kami mulai merayapi tanjakan, suasana senyap dengan bekas aroma hujan. Satu kata, dingin. Selepas adzan maghrib, akhirnya kami sampai di pondokan yaitu rumah Pak Kaka di RT 03. Kami beristirahat dan berbincang dengan sesama volunteer sebelum nanti malam akan ada pertemuan dengan warga.
        Pertemuan diadakan sekitar pukul 8 malam di balai desa Banyuroto yang terletak di atas cukup jauh dari pondokan, dinginnya jangan ditanya lagi lah. Agenda pertemuan yaitu mengenalkan Tandur Bumi dan kegiatan yang besok akan kami lakukan. Eh ternyata ada diskusi soal pariwisata Banyuroto juga, saya sih mendengarkan sahaja hehe. Melingkar bersama warga begini selalu saja membuat memori masa lalu terpanggil. Diskusi berlangsung lumayan lama, kami turun dari balai sekitar jam setengah 11 malam. Anyway, dari 6 volunteer, 3 orang merupakan anak dari tim KKN yang sama yaitu siapa lagi kalau bukan saya, mba Intan, dan Halim, lalu di panitia ada satu yaitu tak lain tak bukan adalah Berna. Sayang sekali Halim tidak pakai parka Nyala Lingga.

KKN vibes nggak seh, terutama 3 cewek paling depan😊
        Pagi hari aku terbangun selain karena dingin juga karena alarm milik Fathiya, salah satu volunteer lain. Setelah Subuh aku tidur lagi karena kegiatan dimulai jam 7 yaitu sarapan pagi. Aku terbangun lagi sekitar jam 6 dan memutuskan untuk mandi. Mantap betul dinginnya Banyuroto ini but worth the view, langsung bisa lihat Merapi dan Merbabu. Kami kemudian melingkar sarapan pagi dan dilanjutkan briefing sebelum berangkat ke lahan.
        Jam 8 pagi kami sudah sampai di lahan milik pak Pram. Tandur Bumi berencana menanam tanaman tahunan yaitu pohon buah. Bibit yang ada yaitu alpukat, kelengkeng, dan jambu kristal dengan total 40 bibit. Pertama kami diperlihatkan cara menanam oleh mas Ardi dari Tandur Bumi sebelum kami dibagi menjadi tim kecil untuk menanam. Langkah pertama dalam menanam adalah menggali lubang. Untungnya lubang sudah digali, jadi tidak terlalu banyak macul sist hehe. Kemudian diisi dengan pupuk sebagai nutrisi, untung pupuknya juga sudah diisi di lubang, kali ini pakainya sekam padi tapi belum jadi arang sepertinya soalnya tidak hitam. Tanah dengan sekam diaduk menggunakan cangkul agar merata. Bibit dilepas dari polybag lalu ditaruh di tengah lubang dan selanjutnya dikubur serata tanah. Saat mengubur ternyata ada seni mencangkulnya, jadi nanti gundukannya bisa bulat sempurna gitu, aku mencontoh pak Pram tetapi tidak bisa, memang skill macul saya minus. Setelah itu ditancapkan bambu di dekat batang bibit lalu diikat dengan rafia. Kata pak Pram karena tanah disini basah jadi tidak perlu disiram air, disiram juga boleh tapi. 

Menuju kebun-- mba Almas, mas Santuy, mba Intan, me✌
Kita baru nanam apa hayoooo?
Penampakan aku dengan pacul, mba Intan dengan si sisir kawat, dan pak Pram mengawasi dengan prihatin
        Sedikit cerita dari pak Pram, lahan yang ia punya ini masih bagus untuk ditanam tanaman hortikultura seperti milik tetangga, tapi pak Pram memilih menanam tanaman musiman walau sempat ditertawai tetangganya. Kata pak Pram, putri beliau semuanya perempuan sehingga takut tidak ada yang meneruskan kehidupan petaninya sehingga supaya praktis ya sudah tanamannya diganti tanaman tahunan seperti buah-buahan.

TLD#1 squad
        Selesai dari lahan kami langsung menuju kebun strawberry, ini fun tripnya gais. Kebun yang dikunjungi merupakan kebun milik pak Lurah Banyuroto. Kebunnya cukup luas terdiri dari 3 tingkat, tidak jauh dari pondokan juga. Sekali masuk tiketnya 5k sahaja lalu apabila ingin memetik stroberi dipersilakan membawa keranjang dan gunting. Nanti, ditimbang tiap ons harganya 10k untuk weekdays dan 15k untuk weekend hmmm. Dilarang juga langsung dimakan di kebun (yhaaaa walaupun si Bernadetha ng3y3l dan m4l1ng 2 biji stroberi di kebun h4h4h4h4). Kami seperti biasa berfoto-foto di kebun dan memetik stroberi (saya sih nda ikut metik). Setelah itu diadakan sesi sharing bersama dan evaluasi kegiatan TLD#1 kali ini.




📸TandurBumi©
        Matahari semakin terik, menjelang Dzuhur kami kembali ke pondokan untuk makan siang sekaligus berpamitan. Nggak deng. Aku malah tidur dulu baru makan abis itu tidur lagi wkwk. Sekitar jam 2 siang akhirnya kami berkemas dan berpamitan dengan keluarga pak Kaka. Serius disana dingin tapi nyaman. Till we meet again, Banyuroto. Thanks Tandur Bumi, sudah memperlihatkanku dengan yang ijo-ijo kembali!💖

Tuesday, December 03, 2019

on my super-energy-saving mode

So, finally here, the last month of 2019.

Hidup berjalan baik, sepertinya, eh memang iya.

Selepas 50 hari di tanah KKN, kembalilah aku dimana lagi kalau bukan A4 Perikanan. Hari-hari penuh drama itu berakhir juga, menyisakan sepi di semester 7 dengan hanya 3 mata kuliah dan kawan-kawan yang sudah saling sibuk mempersiapkan seminar dan penelitian. Aku pikir aku akan punya banyak waktu luang, yang sebenarnya aku juga belum berencana akan melakukan apa waktu itu, o tapi ternyata tidak. Lab kembali memanggilku, kali ini ikut mengurusi hiruk pikuk kehidupan mahasiswa baru dengan kurikulum barunya, menjadikanku bagian dari mata kuliah praktikum Keairan. Malam-malamku menjadi seperti biasanya, dihabiskan di Lab, mempersiapkan ini itu dengan kawan asisten Mikro yang lain, yang sudah kuanggap keluargaku sendiri, dan ditambah Sekar yang kala itu sedang gabut dan kuajak ke dalam lingkaran no-lyfe tyada akhir ini. Aku tidak sadar bahwa mereka menyelamatkan mentalku supaya tidak njegleg setelah hidup bersama dengan sebayamu dan berakhir kesepian di kampus. Para maba adalah alasan utamaku untuk tetap ngampus tiap hari. I love u, dek.

Praktis, dan dapat ditebak, siapa-siapa saja yang kutemui tiap harinya, dari pagi sampai malam. Ya kalau tidak para praktikan ya asisten lain, atau kadang bu Indun pembimbingku, atau pak Prima pembimbing Keairan, atau pula teman THP yang kebetulan mampir ke lab.

Aku tidak tahu apa yang sebenarnya semesta lakukan untukku. Keseharianku ini seakan sudah menciptakan jarak dengan orang-orang yang di waktu lalu menjadi pewarna hari-hariku. Kadang aku hanya bisa memandang dari kejauhan, menilik setiap linimasa cerita, dan yang bisa aku harap semoga mereka baik-baik saja. Tampak semakin nyata bahwa circle-mu akan semakin mengecil sadar maupun tidak sadar.

Kemudian bicara soal skripsi yang akan kujalani, aku memilih suatu topik dan aku sendirian. Entah mengapa, anak Mikro yang lain juga sendirian, Ika, Ajik, dan Bayu. Sok-sok-an sekali yha memang qlean idealismenya haha. Disaat teman-teman lain yang penelitian berkelompok, saling mensupport, saling mengingatkan, dan mulai bergerak, here left us membuat group chat ber-4 dengan dalih supaya "biar ada yang mengingatkan" diantara kesendirian kami. Turns out that group being my trash above 10 p.m., dan mereka sudah paham. Thank you, luvs.

Malam-malam selanjutnya, setelah praktikum selesai, praktis aku tidak melakukan apapun. Berprogres untuk penelitianku pun tidak. Aku lebih sering menemani Ika, me-refresh bakteri yang akhirnya mediumnya tidak kontam kemarin setelah sekian kali. Selebihnya, serius, aku hanya memainkan gadgetku hingga lepas tengah malam. Sebenarnya aku hanya bingung.

Hingga akhirnya kemarin aku seminar proposal penelitian, seorang sobat menanyakanku

"Kok sekarang kamu berubah, kamu kenapa, Pus?"

Aku terhenyak. Mungkin ini jawaban dari malam-malamku yang membingungkan.

"Kan aku dulu pernah bilang, kok bisa sih kamu baik ke semua orang? Puspa tu pokoknya yang rame ke semua orang, yang suka memulai, tapi aku sekarang liat kamu lebih suka diem."
dia menjelaskan maksud pertanyaanya.

Akhirnya aku tersadar, bahwa mindset baru yang kuambil saat ini sudah mulai berdampak ke orang lain. Sejatinya aku hanya mempersiapkan hati, untuk berperasaan lebih besar, menghemat segala emosi yang tidak perlu dikeluarkan, karena suatu saat nanti itu habis, mungkin tidak ada siapa-siapa di sampingmu, dan ekspektasi akan menghancurkan perasaanmu sendiri.

Aku hanya berlatih menjadi orang dewasa, yang dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Aku menerapkan itu di penelitianku. Aku memilih sendiri untuk melatihku sendirian. Sesederhana itu. Teknis yang harus kulakukan banyak, lumayan banyak. Belum apabila running tidak berjalan mulus, akan semakin uhuy. Aku tidak mungkin akan terus berharap orang-orang akan ada di sampingku, bahkan ke 3 orang yang sudah berjanji untuk saling merangkul. Akan tiba masa di suatu masa orang-orang akan memperdulikan dirinya sendiri-sendiri disaat kamu membutuhkan mereka. Aku hanya belajar bahwa pada akhirnya aku hanya akan punya diriku sendiri dan Dzat yang telah memberiku hidup untuk berkeluh kesah.

Maaf apabila kamu tidak lagi bisa menemui Puspa yang dulu. Sebenarnya dia sama sekali tidak berubah, hanya enggan untuk ber-effort lebih. Aku tidak memaksakan diriku untuk tetap berinteraksi dengan orang-orang seperti dulu. Mungkin dulu aku tidak akan sakit hati saat aku sudah menyempatkan suatu hal untuk seseorang dan tidak ada timbal baliknya padaku. Namun, sekarang aku lebih memilih diam apabila memang tidak ada yang menyempatkan dirinya untukku. Aku tidak memaksakan kamu membutuhkanku, tapi saat aku memang dibutuhkan, you know how to see me.

Maaf untuk semuanya, yang mungkin tidak kusapa maupun tidak kutanyakan kabarnya terlebih dulu, yang tidak kuajak makan bersama hingga yang berjanji tapi tidak berkunjung temu. Aku harap nilai pertemanan kita juga makin mendewasa. Yakinlah aku tidak apa-apa, aku tetap disini apabila kamu memang membutuhkanku. Sekali lagi maaf, kali ini aku harus eman terhadap diriku sendiri.

to all of you who still give your time for me, you always worth my whole heart💞

i hope i survive this phase, and coming back singing Honne's Location Unknown😊