Wanna search something?

Sunday, October 13, 2019

Benan: Pesona dari Katang Bidare

          Kabupaten Lingga, disebut juga Bunda Tanah Melayu, merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau. Lingga yang juga terkenal dengan keberadaan Gunung Daik bercabang tiganya mempunyai banyak gugus pulau baik yang bernama maupun tidak, pulau Benan salah satunya. Mari kita bercerita tentang Benan!
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
       Senja di hari Sabtu, 29 Juni 2019, setelah satu jam terombang-ambing ganasnya ombak Kepulauan Riau pertengahan tahun dari Batam, disambut dengan alunan musik dari kompang, kali pertama kami menjejakkan kaki di pulau ini, Benan. Tak pernah terlintas dipikiran kami semua, 30 mahasiswa KKN-PPM UGM 2019, akhirnya benar-benar sampai di pulau yang telah menjadi angan-angan kami beberapa bulan terakhir.
          Desa Benan merupakan ibu kota dari Kecamatan Katang Bidare, kecamatan yang baru saja dimekarkan dari Kecamatan Senayang. Secara geografis, Desa Benan terdiri dari Pulau Benan dan Pulau Nopong. Kebetulan kami ditugaskan di Desa Benan dan Desa Pulau Bukit yang terletak setengah jam naik pompong dari Benan. Bicara soal pompong, itu merupakan moda transportasi andalan warga lokal untuk singgah ke pulau-pulau sekitar atau bahkan bisa sampai Tanjung Pinang! Pulau Benan tidak terlalu besar dengan luas 190 ha dan dihuni sekitar 200 kepala keluarga yang tersebar di 7 RT. Pulau ini digadang menjadi salah satu desa wisata andalan Lingga karena pesona alam yang ditawarkannya.

Gerbang wisata Benan yang akan menyabut para wisatawan
           Warga Benan sebagian besar merupakan orang Melayu dan ada beberapa keluarga peranakan Tiongkok. Bahasa yang digunakan juga bahasa Melayu, sesuai dengan sebutan Bunda Tanah Melayu tadi, dengan beberapa istilah khas yang dimiliki tiap-tiap pulau. Rumah warga memang kebanyakan berada di atas laut, hanya sedikit yang rumahnya di darat. Orang-orang disini ramah-ramah dan suka diajak berbincang atau mereka sebut "berbual".


Rumah di Benan
          Hampir semua orang aku panggil Pakcik, Makcik setiap berpapasan. Pakcik secara umum panggilan untuk orang yang sudah kita anggap sebagai bapak, begitu pula makcik untuk orang yang sudah kita anggap ibu. Panggilan "abang" untuk pemuda dan "kakak" untuk pemudi. Makanan khas Benan kurang lebih sama dengan makanan khas dari Kabupaten Lingga. Nasi lemak dengan sambal bilis merupakan kuliner yang akan mudah ditemui setiap pagi di Benan. Kalau sedang beruntung alias ada yang jual, mie lendir pun bisa ditemui. Mata pencaharian sebagian besar warga Benan bergantung pada dari hasil laut. Para bapak di Benan biasa melaut one day trip dengan armada pompong masing-masing berangkat pagi hari dan pulang menjelang Maghrib. Ibu-ibu tidak kalah sibuk untuk membantu suaminya, banyak ibu-ibu membuat usaha makanan kecil-kecilan mulai dari kue ikan, kerupuk ikan, hingga beberapa kue khas Lingga seperti putu piring. Selain itu para emak sering pergi berkarang yaitu mencari kerang di pagi hari saat laut surut untuk selanjutnya dijual. Beberapa warga juga mempunyai kebun di hutan yang berisi pohon buah-buahan seperti yang paling sering ditemui adalah cempedak.

Perkampungan Benan
Masjid, terletak di tengah pemukiman
           Bicara soal pesona alam di Benan, keindahannya sudah tidak perlu diragukan lagi. Beberapa titik yang bisa dikunjungi di pulau ini seperti:
1. Pantai belakang Benan
          Pantai belakang Benan terletak di sebelah utara pulau. Pantainya memanjang, cukup landai, dan masih bersih. Tidak ada aktivitas perikanan karena di pantai sisi ini memang khusus untuk pariwisata. Pandangan langsung melihat laut Cina Selatan dan apabila cuaca cerah dapat terlihat Pulau Mensanak dari kejauhan. Ombaknya tidak terlalu besar dengan angin semilir yang melewati sela-sela pohon kelapa di pinggir pantai. Pemerintah telah membangun beberapa cottage yang disewakan bagi wisatawan yang ingin menginap. Harganya cukup terjangkau, sekitar Rp250.000,00 semalam untuk cottage biasa berupa 1 rumah dengan 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan ruang tamu. Ada juga cottage yang lebih besar dengan harga yang lebih mahal tentunya. Total ada 4 cottage yang sudah dibangun. Kami para mahasiswa KKN paling senang saat rapat di pinggir pantai ini atau kadang sekedar melepas penat dan duduk-duduk di gazebo yang sudah tersedia sambil sambat.





Apabila berjalan ke timur dari pantai akan menemukan banyak bebatuan seperti ini
2. Bukit Jepun
           Bukit ini merupakan tempat tertinggi di Benan. Letaknya di ujung timur pulau. Konon katanya dinamakan Bukit Jepun karena pada zaman dahulu ada tentara Jepang yang pernah singgah di bukit ini. Dari atas bukit dapat melihat pemandangan pulau.
View dari Bukit Jepun
3. Pelabuhan Bakau
      Pelabuhan Bakau ini sebenarnya masih satu area dengan villa milik orang Batam yang membangun jembatan membelah rimbunnya mangrove, masih di ujung timur pulau. Jembatan kayunya tidak terlalu panjang, tetapi sudah cukup jika ingin melihat sunset tanpa terhalangi rumah-rumah warga. Syahdu.




Kenampakan rimbunnya mangrove
4. Pantai ujung barat
          Pantai di ujung barat ini amat jarang dikunjungi orang. Selain karena jauh dari pemukiman, membelah hutan, dan cukup banyak nyamuk. Paling nyaman menuju pantai ini adalah naik sepeda karena kalau jalan kaki hmm cukup jauh. Pengunjung tinggal menuruti jalan setapak beton hingga ujung barat dan menemukan pantai. Sampai disana akan disuguhi pemandangan birunya laut dengan ombak yang begitu dekat dan tenang. Sudah mirip private beach!


5. Hutan tengah
          Wah? Mengapa hutan? Karena tempat ini asyik untuk dieksplorasi! Tetapi harus bersama warga lokal ya, nanti tersesat hehe. Vegetasi di hutan ini masih bagus dan terdapat beberapa hewan liar seperti kera. Ada mata air juga di tengah hutan yang menarik untuk dilihat. Apabila pergi bersama warga ke kebunnya, pasti akan diajak memetik buah langsung dari pohonnya.

6. Pelabuhan
           Jika ingin bersantai menikmati angin tapi tidak ke pantai, ke pelabuhan solusinya! Pelabuhan di Benan terdiri dari jembatan memanjang kira-kira 500meter menuju laut dan diujungnya terdapat bangunan berupa ruang tunggu penumpang dan dermaga itu sendiri. Warga kerap menghabiskan sore hari dengan berjalan-jalan di pelabuhan atau kalau wisatawan dapat singgah ke warung-warung di pinggir jembatan salah satunya warung favorit kami yaitu warung Mak Along (jangan lupa reservasi dulu kalau mau makan:p) sambil melihat sunset!




Bangunan ruang tunggu pelabuhan
         Sebagai desa wisata, perihal budaya tentunya akan ikut disorot. Adat Melayu tentunya masih kental di Benan dengan adanya Lembaga Adat Melayu atau sering disebut LAM yang diketuai oleh Datuk Sahlan. Musik kompang yang sempat menyambut kedatangan kami merupakan salah satu rangkaian upacara penyambutan tamu dan setelah itu dilanjutkan tarian persembahan dan makan sirih. Joget yang terkenal adalah joget Dangkong. Sebuah tarian sederhana yang diiringi alunan lagu Melayu, semua orang pasti bisa dan suka. Seluruh kegiatan kesenian di Benan dikoordinasi oleh Sanggar Seni Benan Bertuah. Para kawula muda Benan termasuk bersemangat dalam mempertahankan kesenian asli Melayu. Setiap minggu rutin diadakan latihan kesenian mulai dari tari-tarian hingga pencak silat.






          Setiap hari Jumat, anak sekolah dan seluruh pegawai di Kabupaten Lingga diwajibkan memakai baju adat yaitu baju kurung. Semua orang tampak sangat cantik dan tampan, asli, Melayu banget!


Pakai baju kurung, dipinjami untuk Idul Adha :)
          Sebenarnya cukup mudah apabila ingin berwisata ke Benan. Dari pelabuhan di Batam maupun Tanjungpinang, silahkan naik feri Lintas Kepri atau Lingga Permai. Kedua kapal ini pasti sehari sekali singgah di Benan dan super nyaman di dalamnya. Tinggal cek saja jadwal berangkat, jangan sampai ketinggalan!

No comments:

Post a Comment