Wanna search something?

Sunday, January 07, 2018

Magang Tapi Liburan: Cerita dari Pulau Harapan PART 1

Hai!๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€
Ini adalah cerita magang rasa liburanku. Lumayan untuk kegiatan akhir tahun berfaedah saat tahun lalu di akhir 2016 aku ikut SOREM di Gunungkidul dan di akhir 2017 aku magang di Kepulauan Seribu. Singkatnya, aku dan 6 orang temanku magang mandiri di Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu SPTN II Pulau Harapan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suatu siang di kelas Biokimia yang kelabu, kawanku Fazarani memanggilku,
“Pus, ayo kita magang pas liburan.”
“Emang mau magang kemana, Ran?”
“Pulau Seribu po?”
Dan percakapan itu berakhir dengan mencari informasi tentang Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Singkatnya, kami mendapatkan kontak untuk magang tetapi kemudian malas karena Pak Budoyo yang so called Pak Yo/Jo bilang kalau ada presentasi dulu sebelum magang. Ya, tidak semotivasional itu.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Wacana magang masih kelabu hingga akhirnya aku mendapat invite grup oleh Ayu, si anak MSP asal Lampung. Tampaknya wacana ini bakal direalisasikan gengs! Kami mulai mencari-cari master proposal magang dari kakak tingkat, yang jelas semuanya dicover oleh Ayu dan Naila. Kami mengambil 2 topik yaitu konservasi mangrove dan konservasi lamun. Surat-surat kemudian diurus hingga bolak-balik akademik (yang jelas lagi bukan aku yang bolak-balik, you know lah siapa hehehe). Sebenarnya kami juga masih clueless dengan apa yang akan kita lakukan saat magang. Tapi karena keinginan kami untuk liburan, kami tabras kebingungan dengan motto yang penting sampai ke Pulau Seribu.
Saat itu masih UAS saat Ayu dan Naila dan Rani mengurus proposal (bukan kami yha hehe) dan akhirnya proposal kami sudah diterima. Aku kemudian minta ijin orangtuaku dan beliau memperbolehkan. Kami memilih tanggal 23 – 29 Desember 2017, cukup singkat karena kami memilih magang mandiri, bukan Kuliah Lapangan yang memakan waktu hingga satu bulan. Jujur semuanya serba mendadak, kalau dibandingkan dengan kakak tingkat yang sudah mengajukan proposal sejak bulan September sedangkan kami mengirim proposal yang benar-benar siap 10 hari menjelang keberangkatan. Proposal selesai dan kami sibuk memburu tiket, sejenak lupa bahwa kami memilih tanggal diakhir tahun yang notabene high season. Pak Yo menyuruh kami untuk presentasi di Balai TNL Kepulauan Seribu dahulu di Salemba tanggal 22 Desember. Otomatis kami harus berangkat tanggal 21.

Kamis, 21 Desember 2017
Aku, Sekar, Husna, dan Rani masih ujian hingga pukul 3 sore, kereta kami berangkat pukul 6 sore, dan kami belum sama sekali membuat ppt untuk presentasi wkwkw. Kami sudah naik kereta, tidak ada drama, Alhamdulillah. Aku kemudian nyambi membuat ppt di dalam kereta. Sungguh kami masih tidak tahu apa yang sebenarnya akan kami lakukan. Apalagi mendengar dari cerita kating bahwa di 3 hari pertama mereka dikerjain dengan dicuekin huft. Saat pptku hampir selesai, Ayu yang duduk didepanku menengok dan berkata, “Heh, Pus, kata Pak Yo nggak usah presentasi nggak papa, aku bilangnya kita belum sempet bikin soalnya masih UAS gitu heheh.” Eh dasar. Oke, mungkin karena malam itu moodku sedang baik dan tidak ingin terlihat goblok, aku lanjutkan pptku yang sejatinya hanya sederhana.

Jumat, 22 Desember 2017
Kereta kami berhenti di perhentian terakhir yaitu Stasiun Pasar Senen sekitar jam setengah 3 pagi. Pak Yo menyuruh kami untuk menginap di Balai saja, daripada rencana awal yang ingin datang ke rumah tantenya Rani di Depok, terlalu jauh. Turun dari go-car, kami mengetuk pintu Balai di pagi buta. Sungguh, itu isinya laki-laki semua dan kami perempuan semua heu. Kami dipersilahkan masuk ruang rapat di lantai 2, sesuai pesan Pak Yo, agar kami bisa beristirahat di situ. Waktu berjalan dan matahari mulai datang, “Heh, bangun-bangun! Kita ini di kantor orang!”. Sungguh kami sangat kikuk dan memutuskan untuk tidak mandi pagi itu wqwq. Kantor semakin ramai oleh staff yang berdatangan dan bertanya-tanya siapa kami ini. Untung beliau-beliaunya ramah-ramah!
Setelah sarapan di warteg sebelah, kami menunggu untuk berdiskusi dengan Pak Yo, sebelum bertemu dengan Bu Evi, Ketua Balai TNL Kepulauan Seribu. Well, mungkin kami memang tidak disuruh presentasi dengan ppt tapi tetap saja kami harus presentasi di depan pimpinan Balai. Pak Yo mengoreksi beberapa hal dari proposal kami. Beliau menjelaskan kondisi Pulau Harapan, pulau yang akan kami datangi sebagai tempat magang. Sebuah pulau pemukiman yang termasuk dalam wilayah kerja Balai TNL Kepulauan Seribu SPTN II. Mangrove memang dikonservasikan di Pulau Harapan, namun ternyata penanaman sudah tidak lagi dilakukan. Begitu pula dengan lamun, kondisi Pulau Harapan yang merupakan pulau pemukiman membuat kondisi air bisa dibilang tercemar oleh aktivitas manusia sehingga lamun tidak dapat tumbuh maksimal. Sebuah info yang menarik lalu Pak Yo mengarahkan kami untuk mengganti topic menjadi pengelolaan instead of konsevasi. Kami membahas banyak hal tentang apa-apa yang perlu kami lakukan selama magang. Oke, kami menjadi tidak clueless dan merasakan much positive vibes here! Tak lama setelah diskusi dengan Pak Yo, tibalah saatnya untuk presentasi di depan Bu Evi dengan aku menjadi jubirnya. Deg-degan but lets do this!

Pas difoto sih tampak oke wqwq
Presentasi berjalan lancar, Alhamdulillah, dan well sebenarnya aku pribadi menjadi takut dengan ekspektasi beliau-beliau tentang hasil magang kami, apalagi nama UGM yang kami bawa. Setelah urusan administrasi magang selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju tempat peristirahatan yang sepatutnya (masa Pak Yo menyuruh kami tidur di Balai lagi sampai besok pagi kami berangkat ke Pulau Seribu, yakali bisa nggak mandi berapa hari euy). Tantenya Rani, Tante Endang, menyuruh kami beristirahat di rumahnya di daerah Citayam, Depok. Kami akan naik KRL dari stasiun Cikini. Oh sungguh itu adalah pengalaman KRL yang membuat ingin menangos tapi tak bisa. Barang bawaan kami bisa dibilang sangat banyak, maklum wanita yang malas mencuci baju haha. Im sure it was that heavy. Belum di kereta hanya beberapa dari kami yang dapat tempat duduk. Aku sendiri bertahan selama 1 jam perjalanan dengan berdiri. Kami turun di stasiun Citayam. Untuk menuju pintu keluar kami harus menyeberang rel lewat tangga bawah tanah (you know lah) dengan keadaan barang-barang kami. Aku yang tidak membawa koper melainkan tas jinjing model orang jualan sandal keliling itu, memutuskan berjalan super cepat meninggalkan teman-temanku dibelakang. Sumpah, keburu berat soalnya. 

GEMBEL STASIUN CITAYAM
Rumah Tante Endang berjarak 5 menit naik angkot dari stasiun. Kami kemudian menyewa angkot menuju rumah tante. Oh sungguh, satu angkot itu sebenarnya tidak muat untuk kami dan barang-barang namun dipaksa. Dua hal yang sangat ingin segera kulakukan: mandi dan bertemu kasur. Tidak ada orang saat kami sampai di rumah Tante Endang. Syukur Alhamdulillah kami jadi bisa bersantuy dengan tenang. Banyak makanan dan wifinya kencang pula, bikin betah padahal kami belum sampai ke tempat tujuan utama. Badan rasanya sudah remuk. Naik kapal juga belum tapi tangan sudah kapalan duluan.

Sabtu, 23 Desember 2017
Sehabis subuh tepat, kami sudah berpamitan dengan om dan tante, sudah di dalam go-car, meluncur ke Pelabuhan Kaliadem Muara Angke. Perjalanan ke pelabuhan memakan waktu sekitar 1.5 jam. Thanks to om dan tante sudah supporting us a lot dalam dunia pergo-caran dan subsidi tiket kami berangkat ke Jakarta wuehehe. Sampai di pelabuhan jam 06.00 dan kami langsung membeli tiket menuju Pulau Harapan seharga Rp60.000. Harga kapal predator yang sejam lebih cepat Rp200.000 hm. Aku, Sekar, dan Rani memilih duduk di bawah sedangkan yang lain di dek atas. Keadaan di bawah cukup nyaman. Kami menguasai area depan televisi yang dipenuhi oleh koper dan tas. Kami sarapan dulu dari bekal yang dibawakan tante Endang. Sarapan selesai, aku menyalakan TV. Alhamdulillah ada Home Alone, benar-benar terasa liburannya. Saat kapal mulai berjalan, kantuk mulai datang. Aku dan Sekar yang awalnya akan bergantian tidur untuk jaga tas, nyatanya Sekar sudah pulas dan sulit dibangunkan. Ya sudahlah, untung Home Alone-nya ada 2 seri yang diputar, thanks to RCTI. Tapi akhirnya kami semua juga tertidur. Saat terbangun, waktu menunjukkan sekitar jam 10.30, sebentar lagi kami sampai. Ombak tidak begitu kami rasakan, kami sudah berantimo jadi kebanyakan tertidur.
Kami sampai di Pulau Harapan hampir jam 11.30. korsa perikanan yang kami kenakan membuat kami cepat dinotice oleh Pak Sapei (it should be Bang Pei but we’ve already called him Pak Pei wkwk), petugas dari Balai TNL KS SPTN II Pulau Harapan, yang sebelumnya kami sudah kami beri kabar via WA). Pak Pei mencarikan kami becak, well kami tidak ingin menangos lagi membawa barang-barang kami, jadi becaknya untuk mengangkut barang saja. Lokasi Balai berada lurus mentok dari jalan dermaga Pulau Harapan lalu belok ke kiri dekat makam. Aku dan Sekar memilih menuju Balai dahulu mengurus barang-barang sedangkan yang lain menyerahkan surat-surat izin ke Kelurahan. Bangunan Balai bercat putih berlantai dua. Kami disambut oleh Buk Mun, salah satu pegawai Balai. Kata Buk Mun, kami bisa menginap di lantai dua kantor yang biasa digunakan oleh mahasiswa yang magang maupun penelitian. Mess ini hanya sebuah ruangan kosong dengan banyak jendela. Balai sudah menyediakan dua kasur butut itu dan dua buah bantal, oke, it’s more than enough. Kami menaruh barang-barang dan mulai sedikit melepas lelah sambil berkata “Akhirnya kita sampai!”.

Gedung Balai TNL Kepulauan Seribu SPTN II Pulau Harapan
Sehabis Ashar kami berdiskusi dengan Pak Pei tentang berbagai hal dan agenda yang akan kami lakukan selama di Balai. Kami memberikan penjelasan tentang ini itu tujuan dan keperluan magang kami kemudian selebihnya agenda yang mengatur adalah Pak Pei. Yang jelas kewajiban kami selama disini adalah bersih-bersih Balai dan membantu pelayanan di Taman Biota di depan Balai. Selesai diskusi kami mendatangi Taman Biota. Isinya ada penyu! Ada mas-mas juga, sedang memperbaiki kolam penyu rupanya, aku tanya dia jawabnya pendek, ya sudahlah (padahal ternyata ini adalah si Abang Gogo dan ada banyak cerita ternyata HAHAHA). Taman Biota ini terdiri dari 5 kolam. 1 kolam besar yang sedang diperbaiki, 3 kolam yang berisi penyu, dan 1 kolam berisi lobster. Di selatan taman biota atau lebih tepatnya di laut ada 2 rumpun mangrove kemudian lebih ke selatan ada karamba ikan yang berisi kakap merah dan beberapa ikan lain. Ada jalan dari papan kayu yang menuju ke sebuah bangunan mirip gazebo yang ternyata untuk mancing atau sekedar foto-foto melihat laut lepas.

Pintu masuk Taman Biota
Kolamnya squad penyu
Selesai dari Taman Biota, kami memilih untuk memulai mengisi polybag. Sebelumnya kami sudah berjanji pada Pak Yo dan Bu Evi untuk mengisi 500 polybag selama kami di sini. Polybag ini akan kami isi dengan propagul (buah mangrove) sehingga menjadi bibit mangrove. Sore itu kami berhasil mengisi 120 polybag dengan pasir. Malamnya kami hanya berdiam di mess, masih lelah juga perjalanan sejak pagi buta tadi. Malam itu angin kencang dan well karena baru malam perdana disana, kami cukup ngeri.

Mengisi polybag
Minggu, 24 Desember 2017
Pagi hari, bangun pagi, jam 04.00 kami sudah bangun (oke lihat saja cerita di hari selanjutnya kami bangun jam berapa h3h3h3). Kami membagi 2 kerja, di Balai dan di Taman Biota. Kelompok Mangrove mendapat giliran di Balai dan Lamun di Taman Biota. Pekerjaan-pekerjaan rumahan seperti biasa menyapu, mengepel, dan menyiram mangrove. Setelah itu squad Mangrove menyusul Lamun ke Taman Biota. Pagi itu sepertinya tidak ramai pengunjung. Ada mas-mas yang kemarin sore membetulkan keramik kolam, ternyata ia pengasuh penyu! Aku mengajaknya berkenalan, namanya Ghazali, dibaca Gojali, dan biasa dipanggil Gogo. Oke, dia masih belum banyak bicara. Selesai membantu beberapa pekerjaan Bang Gogo (ok well sounds weird apabila disini memanggil laki-laki yang lebih tua dengan sebutan “Mas” karena akan tampak awkward dan mereka juga tidak terbiasa karena lagi itu nJawani banget), kami memulai hunting mangrove di Pulau Harapan.
Mangrove di Pulau Harapan kebanyakan terletak di sebelah timur dan barat pulau. Seperti yang sudah dikatakan tadi, mangrove disini ada yang alami dan ditanam. Mangrove alami tidak terlalu banyak, kebanyakan yang ditanam dengan metode rumpun berjarak. Metode ini dinilai yang paling berhasil dilakukan di Pulau Harapan dengan substrat pasir ala Kepulauan Seribu. Dominasi spesies mangrove yang ada adalah Rhizophora stylosa. model akar tunjangnya juga dinilai menjadi alasan utama spesies tersebut berhasil survive di tanah berpasir. Jenis mangrove di Pulau Harapan ada 6 yaitu Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, Aegiceras cornilatum, dan Xylocarpus granatum. Kami masih salah-salah dalam menebak jenis mangrove dan diketawai kecut oleh Pak Pei. Sedih huft. Karena seluruh pinggir pulau dibuat dam, tidak terbentuk zonasi mangrove di pulau ini. Menjelang siang kami kembali ke mess.

Jajaran mangrove di barat pulau, ditanam tahun 2012
Sorenya kami melakukan rutinitas mengisi polybag sambil membicarakan banyak hal dari mulai ilmiah hingga pergossipan. Dari berbisik hingga tertawa dengan bahasa yang tidak dimengerti. Aku dan Sekar memutuskan untuk membeli jus, demi kebaikan gizi kami selama di sini. Namun sepertinya keputusan teman-teman lain salah karena menyuruh kami berdua yang pergi. Sambil mencari penjual jus, kami malah mengexplore jalan-jalan di Pulau Harapan. Di tengah jalan malah ketemu dengan mbak Rae, salah satu dari 3 mahasiswa yang sedang penelitian dari Universitas Pancasila. Mbak Rae yang notabene jomblo, temannya mbak Silvi dan mas Panci berpacaran, membuatnya hanya luntang-lantung sendirian di pulau HAHAHA. Mbak Rae minta ditemani jalan-jalan melihat mangrove. Aku yakin itu sebenarnya agar ia tidak kesepian. Karena aku dan Sekar memang berniat jalan-jalan sambil mencari penjual jus, cuslah. Awalnya kami membeli gorengan dahulu di taman terpadu dermaga. Penjual gorengan yang kami temui saat itu adalah seorang bapak dari Ngawi, lumayan bisa diajak bicara bahasa Jawa hehe. Kemudian kami duduk-duduk dipinggir dam, bersantuy layaknya wisatawan yang lain. Setelah itu baru kami berjalan ke timur pulau melihat mangrove (sebenernya cuma mau ngefotoin mbak Rae yang ngebet pengen foto di mangrove). 

Ini nih bapak-bapak orang Ngawi, gorengan terfavorit: cumi-cumi & crab stick
Hari sudah semakin sore dan kami masih belum beli jus. Mbak Rae mengajak melihat sunset ke barat pulau. Tapi aku belum beli jus sehingga meninggalkan mbak Rae dengan kejonesannya. Aku dan Sekar akhirnya mendapatkan penjual jus, walaupun well it’s not verified kebersihannya tapi kami bodo amat lah ya. Saat aku mengecek hp, ternyata teman-teman yang lain sudah sampai di barat pulau melihat sunset. Okay that’s okay, dari ujung timur ke ujung barat. Kami berfoto-foto alay seperti biasa. Malamnya kami makan bersama dengan mbak Rae, mbak Silvi, dan mas Panca yang esok hari sudah akan pulang. Pak Pei juga bilang bahwa besok kita akan melaut! Can’t wait!
Senin, 25 Desember
Pagi kami sudah bangun, masih bisa bangun jam 4 pagi. Sebenarnya mbak Rae mengajak kami nonton sunrise sebelum mereka pulang tetapi kami harus menyiapkan bekal karena kami berangkat melaut jam 7 pagi. Bekal kami ya hanya itu-itu saja, nasi, telur dadar, dan abon. Kata Pak Pei kami akan melaut bersama sebanyak 11 orang terdiri dari kami ber-7, Pak Sapei, Kapten Aas yang mengemudi kapal (suaminya Sekar ini), Bang Sahrul dari mitra Polisi Kehutanan, dan Pak Syahroni aktivis dari Pulau Harapan. Rencananya kami akan patroli mencari telur penyu lalu mencari benih mangrove yaitu propagul sambil melihat mangrove alami. Perbekalan sudah siap, peralatan snorkeling sudah siap, life-saver sudah dipakai, lets go!

Foto ini niatnya untuk dipamerin di grup THP๐Ÿ˜‹
 Ini adalah melaut pertamaku. Kami tidak diberitahu kami akan menuju pulau mana, perjalanan berapa jam, keadaan ombak bagaimana. Kapal kami, KM Nautilus, melaju. Aku duduk di sebelah kiri depan. Pak Pei menyuruh kami duduk di belakang saja supaya tidak terciprat air tapi kami tidak mau hehe. Memang benar, banyak tercipratnya dan perih di mata. Saat masih diantara pulau-pulau, ombak terlihat baik-baik saja. Namun begitu melewati laut lepas, mashaAllah, rasanya sudah seperti naik kora-kora tanpa safety yang memadai. Apa yang kami lakukan? Teriak-teriak saling berpelukan dan nyebut wkwk. Mungkin yang ada dipikiran Kapten Aas, “Ini bocah-bocah lebay amat dah”, atau dipikiran Pak Pei, “Haduh nyesel gue bawa ikut ke laut”. Saat ombak mulai mengganas, Bang Sahrul maju ke ujung kapal, aku pikir untuk menyeimbangkan posisi kami. Keadaan teman-teman well ya begitulah. Daulay di belakang sampe tertidur dan entah sudah berapa kali terciprat ombak. Aku di sebelah kiri lokasinya agak aman. Naila di sebelah kanan posisinya cukup mengenaskan karena kapal kami sering miring ke kanan. Rani yang duduk diantara aku dan Naila, lebih banyak menunduk tertidur juga tetapi saat ombak mengganas dia akan bangun. Sekar, Nafis, dan Ayu ada di belakang kami. Aku yang berada di pinggir kiri, sempat melihat sepasang lumba-lumba di dekat kapal, lucu banget!
Perjalanan cukup panjang memakan waktu 2 jam hingga kapal kami berhenti di sebuah pulau kecil tak berpenghuni bernama Pulau Peteloran Timur, termasuk dalam zona inti konservasi yang tidak sembarangan orang bisa masuk. Tidak ada dermaga. Kapal berhenti 100 meter dari bibir pantai. Kami para mahasiswa yang bukan diver pun segera memakai peralatan snorkeling dan turun. Cebur. Dalamnya air mungkin sekitar 2 – 3 meter. Pak Pei, Bang Sahrul, dan Pak Syahroni dengan sigap menarik kami menuju pantai. Sambil ditarik sambil melihat pemandangan bawah laut and it’s amazing! Aku belum pernah snorkeling dan ini kali pertamaku memandang terumbu karang di pulau yang tidak pernah tersentuh manusia! MasyaAllah! Segala preparat praktikum Biologi Laut tampak nyata berwarna di depan mata kami. Alhamdulillah bisa melihat aslinya.

You need SIMAKSI to enter this island

View from Peteloran Timur
  Sampai di pantai, kami melepas semua alat-alat dan memulai misi. Para bapak sudah mengelilingi suatu area yang tercurigai ada telur penyu di dalamnya. Cara mencari telur penyu adalah menggunakan sebuah kayu yang cukup panjang lalu ditusuk-tusukkan pada gundukan pasir yang tersuspect. Apabila nanti ujung kayu tusukan berlendir, maka dapat dipastikan ada telur di dalamnya. Biasanya yang dapat mengendus lokasi telur dengan cepat adalah biawak yang juga merupakan predator telur penyu selain manusia. Kami sempat berganti-ganti lokasi sebelum akhirnya Pak Pei bilang,”Ini ada telor nih disini”, di tempat awal pertama tadi kami menusuk-nusuk gundukan. “Ya emang si Pei itu biawaknya,” kata Kapten Aas wkwk. Pak Pei kemudian memberi penjelasan-penjelasan kepada kami tentang telur penyu. Setelah itu kami disuruh mencoba mengambil telur penyu. Proses pengambilan telur ini perlu dilakukan dengan hati-hati karena apabila posisinya berubah maka embrionya akan goyang dan gagal menetas. Telurnya cukup banyak dan kami bekerja dengan takut-takut maka Pak Syahroni yang menggantikan kami, "Banyak ini, biar cepet.". Telur yang kami dapatkan sebanyak 208 butir dengan yang pecah ada 2 telur. Telur-telur ini selanjutnya akan ditetaskan di Balai. Alasan pengambilan telur ini adalah selain mencegah diambil predator terutama nelayan-nelayan nakal, lokasi sarang telur yang terlalu dekat dengan pasang rata-rata sehingga ditakutkan malah akan hanyut. “Jarang-jarang ini lho dapat telur waktu ada mahasiswa ikut,”, kata bang Sahrul.

This is what sea turtle's eggs look like, jenis penyu sisik
Listening to Capt Aas's explanation
 
Capt Aas showed us how to take the eggs
People terlalu senang snorkeling gratis dengan view superb๐Ÿ‘

Kami lalu kembali ke kapal untuk melanjutkan perjalanan. Daulay tampak mabuk laut padahal sudah disuruh minum air laut oleh Kapten Aas. Tujuan kami selanjutnya adalah ke Pulau Sebaru Besar untuk mengambil propagul mangrove. Lokasi pulau sekitar setengah jam perjalanan dari Pulau Peteluran Timur. Alhamdulillah ada dermaganya berupa papan-papan kayu diantara mangrove yang sungguh instagram-able. Kami menurunkan perbekalan dan makan siang sebelum menjelajah mangrove. 

Piknik vibes, pardon Rani's face๐Ÿ˜
Para bapak membuat api untuk memasak mie dan kopi karena ternyata tabung gas yang beliau-beliau bawa kosong. Selesai makan, Pak Pei memberikan instruksi untuk mencari propagul. Pulau ini cukup besar dan tidak berpenghuni juga. Waktu menelusuri agak dalam, banyak pohon yang unik-unik seperti di film kartun hwehehe. Tapi nyamuk disini masyaAllah kami seperti makanan yang datang tanpa diundang bagi mereka. Biawak disini besar-besar kata bang Sahrul saat kami mencari propagul sendirian agak jauh dari kerumunan. Untung tidak bertemu sama si dia. Kami mendapat 230 propagul. Setelah selesai mengamati mangrove untuk urusan laporan, kami meninggalkan Pulau Sebaru Besar.

Mangrove at Sebaru Besar. Sadly banyak sampah sampai kesini๐Ÿ˜”
The most instagramable spot at Pulau Sebaru Besar
Perjalanan selanjutnya adalah kami menuju Pulau Gosong Laga. Pulau ini lebih kecil daripada Pulau Peteloran Timur. Lokasi disekitarnya merupakan area konsevasi karang sehingga kapal kami tidak bisa mendekat seperti di Peteluran Timur. Kami akan mencari telur penyu juga. Mengingat tidak mungkin snorkeling karena ada karang konservasi dan airnya dalam, hanya Pak Pei dan Pak Syahroni yang nyemplung ke laut. Literally beliau berdua hanya memakai masker, tidak pula memakai fin dan nyebur begitu saja ditinggal kapal kami yang putar balik mencari lokasi pemberhentian yang sesuai. Oh sungguh certified diver kalian pak! Kami menunggu Pak Pei dan Pak Syahroni di atas kapal selama satu jam dengan keadaan ombak yang cukup membuat kapal bergoyang-goyang. Apalagi udara sedang panas-panasnya. Jadi begini rasanya terombang-ambing wkwk. Aku pun sempat tertidur lalu terbangun saat teman-temanku foto-foto. Selesai foto-foto, tidur lagi. Rasanya enak, sepeti tidur di atas ayunan. Akhirnya dari kejauhan tampak Pak Pei membawa ember berisi telur penyu dan dengan santainya ember itu ia panggul di pundaknya dan berjalan masuk ke laut. Jangkar kami tersangkut di karang sehingga Bang Sahrul harus menceburkan diri. Pak Pei yang terlanjur masuk laut yang tingginya sudah selehernya hanya terdiam. Sungguh mereka semua tampak santuy sedangkan kami yang ada di kapal deg-degan.

Boleh terombang-ambing, selfienya tetep๐Ÿ˜†
Titik hitam terjauh dekat pulau itu adalah kepala Pak Sapei dengan ember oranye berdiri terdiam, titik hitam sebelah kanan hanya terlihat masker adalah kepala pak Syahroni, titik hitamsebelah kiri kaos putih dengan pelampung adalah bang Sahrul. Bayangin aja deh jadi pak Sapei heu.

Telur berhasil dinaikkan ke kapal dan kami melanjutkan perjalanan. Telur yang didapatkan sebanyak 170 butir telur penyu sisik. Ombak mulai mengganas, lebih ganas dari awal kami berangkat. Kami sudah lelah berteriak-teriak karena sedari tadi ombak tidak bersahabat. Kami saling berpegangan dan berharap-harap cemas dengan kapal yang dikemudikan oleh Kapten Aas yang jelas sudah certified and verified. Akhirnya kami masuk ke gugusan pulau lagi sehingga ombaknya mulai agak tenang. Kapten Aas menghentikan kapal di sebuah pulau kecil namanya Pulau Belanda. Melihat keadaan kami yang lemas dan Daulay yang masih mabuk sepanjang perjalanan, Kapten Aas menyuruh kami nyebur lagi, “Dah sana kalian nyebur biar semangat, biar nggak mabok lagi!”. Kami semua pun nyebur. Dalamnya air hanya sepinggang. Tidak ada karang yang lucu-lucu, hanya ikan-ikan yang saling berlarian. Aku memilih bersantuy dengan mengapungkan diri sambil dihempas ombak. Setengah jam kami cibuk-cibuk di air, Kapten menyuruh kami naik ke kapal. Time to back! Kami semua sudah lelah jadi lebih banyak diam, apalagi atapnya dibuka, panas. Aku mulai kriyip-kriyip. Sampai di Harapan kami langsung menurunkan barang-barang dan mencuci semua peralatan. Wajah kami gosong terbakar. Perih, tapi kami lebih dari bahagia. Thanks for today’s trip, team!

Photo taken by Capt Aas, cari dimana pak Syahroni berada! :p

         Cerita masih panjang! Kindly click  Magang Tapi Liburan: Cerita dari Pulau Harapan PART 2 to continue the story! Nggak bakal nyesel baca, ada kejutan disana!๐Ÿ˜‰

Thanks for reading!
Love๐Ÿ’•

1 comment:

  1. Halo, Ega
    Bisa tanya ke balainya langsung di info@tnlkepulauanseribu.net
    Kalo tanya aku bisa banget hubungi ke email di puspaalmas@gmail.com ๐Ÿ˜

    ReplyDelete