----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Akhir tahun biasanya kuisi dengan what so-called end-year getaway, aku dengan kondisi gabut menunggu si bahan penelitian, berusaha mencari-cari kegiatan. Duh ngapain y. Kemudian si Muning a.k.a mba Intan secara tiba-tiba mengajakku mengikuti salah satu acara dari komunitas Tandur Bumi yaitu Tandur lan Dolan #1. What? Apaan tuh?
Tandur Bumi, in a brief, merupakan salah satu komunitas yang bergerak di bidang pertanian dan konservasi lahan. Fokusnya adalah menanam bumi ini dengan berbagai macam tanaman sesuai dengan riset yang telah mereka lakukan sebelumnya. Jadi nggak main tanem aja y. Penanaman biasanya dilakukan di desa-desa, sehingga langsung terjun ke masyarakat. Orang-orang didalamnya banyak berasal dari background pertanian terutama agronomi dan mereka sangat terbuka sekali bagi non-pertanian untuk bergabung. Kegiatan utama mereka sejauh ini ada 3 yaitu Sobo Ndeso, Tandur lan Dolan, dan aduh satunya lupa namanya (maaf gais). Sobo Ndeso kegiatannya berisi sharing pengetahuan dibarengi dengan kegiatan per-tanaman-an di sebuah desa, kemarin sudah dilaksanakan di Bantul dengan agenda mencangkok jambu kristal bersama pemuda desa. Kedua ada Tandur lan Dolan, ini yang aku ikut, nanti deh ceritanya hehe. Ketiga yaitu yang aku lupa namanya wkwk. Seingatku kegiatannya berupa peningkatan skill menanam bagi yang menginginkan. Cek sendiri deh di medsos mereka di instagram @tandur.bumi atau langsung email ke tandurbumiyk@gmail.com.
Tandur lan Dolan #1 atau disingkat TLD#1 yang aku ikuti kali ini berlokasi di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan berlangsung pada tanggal 20 - 21 Desember 2019. Cukup membayar 70k, volunteer sudah mendapatkan bibit, topi Tandur Bumi, akomodasi, dan fun trip. Jumat sore kami semua berangkat menuju Banyuroto diiringi hujan. Aku berboncengan dengan mba Intan, pakai motornya mba Intan untungnya, karena ternyata desa ini terletak setelah Ketep Pass. Aku tidak bisa membayangkan betapa kasihannya si Spacy putih-ku apabila dipaksa melewati tanjakan panjang menuju Ketep hhh alhamdulillah yah. Kabut mulai turun saat kami mulai merayapi tanjakan, suasana senyap dengan bekas aroma hujan. Satu kata, dingin. Selepas adzan maghrib, akhirnya kami sampai di pondokan yaitu rumah Pak Kaka di RT 03. Kami beristirahat dan berbincang dengan sesama volunteer sebelum nanti malam akan ada pertemuan dengan warga.
Pertemuan diadakan sekitar pukul 8 malam di balai desa Banyuroto yang terletak di atas cukup jauh dari pondokan, dinginnya jangan ditanya lagi lah. Agenda pertemuan yaitu mengenalkan Tandur Bumi dan kegiatan yang besok akan kami lakukan. Eh ternyata ada diskusi soal pariwisata Banyuroto juga, saya sih mendengarkan sahaja hehe. Melingkar bersama warga begini selalu saja membuat memori masa lalu terpanggil. Diskusi berlangsung lumayan lama, kami turun dari balai sekitar jam setengah 11 malam. Anyway, dari 6 volunteer, 3 orang merupakan anak dari tim KKN yang sama yaitu siapa lagi kalau bukan saya, mba Intan, dan Halim, lalu di panitia ada satu yaitu tak lain tak bukan adalah Berna. Sayang sekali Halim tidak pakai parka Nyala Lingga.
KKN vibes nggak seh, terutama 3 cewek paling depan😊 |
Pagi hari aku terbangun selain karena dingin juga karena alarm milik Fathiya, salah satu volunteer lain. Setelah Subuh aku tidur lagi karena kegiatan dimulai jam 7 yaitu sarapan pagi. Aku terbangun lagi sekitar jam 6 dan memutuskan untuk mandi. Mantap betul dinginnya Banyuroto ini but worth the view, langsung bisa lihat Merapi dan Merbabu. Kami kemudian melingkar sarapan pagi dan dilanjutkan briefing sebelum berangkat ke lahan.
Jam 8 pagi kami sudah sampai di lahan milik pak Pram. Tandur Bumi berencana menanam tanaman tahunan yaitu pohon buah. Bibit yang ada yaitu alpukat, kelengkeng, dan jambu kristal dengan total 40 bibit. Pertama kami diperlihatkan cara menanam oleh mas Ardi dari Tandur Bumi sebelum kami dibagi menjadi tim kecil untuk menanam. Langkah pertama dalam menanam adalah menggali lubang. Untungnya lubang sudah digali, jadi tidak terlalu banyak macul sist hehe. Kemudian diisi dengan pupuk sebagai nutrisi, untung pupuknya juga sudah diisi di lubang, kali ini pakainya sekam padi tapi belum jadi arang sepertinya soalnya tidak hitam. Tanah dengan sekam diaduk menggunakan cangkul agar merata. Bibit dilepas dari polybag lalu ditaruh di tengah lubang dan selanjutnya dikubur serata tanah. Saat mengubur ternyata ada seni mencangkulnya, jadi nanti gundukannya bisa bulat sempurna gitu, aku mencontoh pak Pram tetapi tidak bisa, memang skill macul saya minus. Setelah itu ditancapkan bambu di dekat batang bibit lalu diikat dengan rafia. Kata pak Pram karena tanah disini basah jadi tidak perlu disiram air, disiram juga boleh tapi.
Menuju kebun-- mba Almas, mas Santuy, mba Intan, me✌ |
Kita baru nanam apa hayoooo? |
Penampakan aku dengan pacul, mba Intan dengan si sisir kawat, dan pak Pram mengawasi dengan prihatin |
Sedikit cerita dari pak Pram, lahan yang ia punya ini masih bagus untuk ditanam tanaman hortikultura seperti milik tetangga, tapi pak Pram memilih menanam tanaman musiman walau sempat ditertawai tetangganya. Kata pak Pram, putri beliau semuanya perempuan sehingga takut tidak ada yang meneruskan kehidupan petaninya sehingga supaya praktis ya sudah tanamannya diganti tanaman tahunan seperti buah-buahan.
TLD#1 squad |
Selesai dari lahan kami langsung menuju kebun strawberry, ini fun tripnya gais. Kebun yang dikunjungi merupakan kebun milik pak Lurah Banyuroto. Kebunnya cukup luas terdiri dari 3 tingkat, tidak jauh dari pondokan juga. Sekali masuk tiketnya 5k sahaja lalu apabila ingin memetik stroberi dipersilakan membawa keranjang dan gunting. Nanti, ditimbang tiap ons harganya 10k untuk weekdays dan 15k untuk weekend hmmm. Dilarang juga langsung dimakan di kebun (yhaaaa walaupun si Bernadetha ng3y3l dan m4l1ng 2 biji stroberi di kebun h4h4h4h4). Kami seperti biasa berfoto-foto di kebun dan memetik stroberi (saya sih nda ikut metik). Setelah itu diadakan sesi sharing bersama dan evaluasi kegiatan TLD#1 kali ini.
📸TandurBumi© |
Matahari semakin terik, menjelang Dzuhur kami kembali ke pondokan untuk makan siang sekaligus berpamitan. Nggak deng. Aku malah tidur dulu baru makan abis itu tidur lagi wkwk. Sekitar jam 2 siang akhirnya kami berkemas dan berpamitan dengan keluarga pak Kaka. Serius disana dingin tapi nyaman. Till we meet again, Banyuroto. Thanks Tandur Bumi, sudah memperlihatkanku dengan yang ijo-ijo kembali!💖